Entri Populer

Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

29 Oktober, 2012

Menemukan Sang Pemimpin




 
 Menemukan Sang Pemimpin*

Tulisan ini memang sengaja didedikasikan untuk mereka yang sedang bergulat memperebutkan kursi tampuk kepemimpinan.  Buat mereka yang sedang merindukan pemimpin idola ataupun mereka yang sedang mencermati fenomena silih bergantinya rezim pemimpin.  Namun, tulisan ini tidak hendak pula “menggurui” yang kesannya memaksakan suatu pemahaman tentang konsep ke-pemimpin-an.  Setidaknya, tulisan ini dapat menjadi bahan refleksi ditengah kerinduan akan hadirnya sosok pemimpin yang arif dan bijaksana di tengah-tengah kita semua.

Tahun 1978, Michael H. Hart seorang sejarahwan dan ilmuwan AstroFisika Asal Amerika Serikat menulis buku The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History atau 100 orang yang paling berpengaruh dalam sejarah (dunia).  Buku ini pernah menggemparkan dunia dan menjadi pro-kontra yang salah satunya dikarenakan Hart menempatkan Nabi Muhammad SAW berada diperingkat teratas sebagai seorang yang paling berpengaruh sepanjang masa.  Sepintas, Hart ingin menegaskan dalam masterpiece nya itu bahwa mereka juga adalah adalah para pemimpin yang tidak hanya berpengaruh pada zamannya namun namanya terus hidup melampaui dan menginspirasi zaman-zaman sesudahnya.

Secara sederhana, dalam ilmu manajemen memimpin berarti pengaruh atau upaya memberikan pengaruh kepada orang lain.  Sementara pemimpin adalah orang yang memberikan pengaruh kepada orang lain.  Pengaruh itu dalam konteks lain dapat dimaknai sebagai kuasa atau kekuasaan (power). Dalam sejarahnya, pemimpin tidak lahir begitu saja.  Ada suatu mekanisme yang menjadi konsensus untuk melahirkan seorang pemimpin.  Artinya kuasa yang melekat pada seorang pemimpin sifatnya amanah, titipan dan terberi dari orang-orang yang hendak dipimpinnya.

Lantas, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara menemukan atau memilih Sang Pemimpin itu.

Sang Pemimpin, Dimanakah engkau..?

Setiap komunitas pasti ada seseorang yang dipercaya untuk mengarahkan komunitas tersebut.  Mengarahkan untuk mengapai cita-cita komunitas itu.  Biasanya, kita tidak menyadari ada calon pemimpin besar disekitar kita yang sedang disiapkan oleh alam.  Atau tidak jarang pula kita terbuai bahkan jengah dengan rayuan orang tertentu yang ingin dilegitimasi sebagai pemimpin.  Lantas, siapa yang harus kita percaya sebagai pemimpin kita?

Setidaknya kita bisa membaca tanda-tanda Sang Pemimpin.  Berangkat dari tafsiran sederhana diatas, artinya calon Sang Pemimpin harus bisa memberikan “pengaruh baik” bagi lingkungan dan orang disekitarnya.  Jangan pernah percaya atau mempercayakan kepemimpinan pada seseorang yang selalu bertindak dan berperilaku buruk karena tentu saja juga akan memancarkan pengaruh buruk terhadap lingkungan sekitarnya.

Pengaruh-pengaruh baik itu antara lain; pertama inspiratif. Sang Pemimpin akan selalu menjadi inspirasi bagi orang-orang yang dipimpinnya untuk bekerja dalam mewujudkan harapan dengan berbagai keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.  Kata-kata dan tindakannya menjadi penyemangat dalam proses pencapaian harapan bersama. Kedua Visioner. Sang Pemimpin memiliki gagasan besar tentang masa depan. Gagasan besar ini terbentuk dari kemampuan membaca situasi lingkungan dan kebutuhan orang dipimpinnya.  Dengan sendirinya, visi Sang Pemimpin menjadi visi bersama karena ada perasaan memiliki sehingga alam dan semua orang bekerja bersama mewujudkan visi Sang Pemimpin itu.

Ketiga keteladanan dan kesederhanaan.  Aspek ini menunjukkan track record atau jejak rekam dari Sang Pemimpin.  Perjalanan hidup, kata dan perbuatan selalu mencerminkan kebaikan dan terjaga dari pelanggaran sosial.   Kesehariannya menunjukkan konsistensi kata yang se “iya” dengan perbuatannya, tidak merefleksikan hedonisme, tidak senang memamerkan kekayaan materi ketimbang kekayaan akhlak.  Saat ini kita sering mengabaikan aspek ini sehingga banyak pemimpin yang gemar memamerkan kemewahan dan kekayaannya sementara masyarakat terhimpit oleh keterbatasan ekonomi, perbuatan yang tak mencerminkan kata-katanya dan sering melanggar norma sosial yang telah terbangun misalnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pada aspek ini, mengetahui perjalanan hidup Sang Pemimpin menjadi sangat penting.  Keempat bersikap solutif, Sang Pemimpin harus selalu memberi jalan keluar bagi rakyatnya tanpa diminta sekalipun.  Hal ini meniscayakan kemampuan untuk membaca permasalahan orang-orang yang dipimpinnya.

Lantas, Bagaimana Saat Ini..?

Dari sini tidak hanya dibutuhkan kecerdasan Sang Pemimpin tapi lebih penting lagi adalah kecerdasan orang-orang yang dipimpin.  Dalam konteks demokrasi saat ini, bukan hal yang mudah menemukan Sang Pemimpin karena banyak orang yang “menggombal menjajakan rayuan” minta dinilai sebagai Sang Pemimpin.  Kualitas Sang Pemimpin sangat ditentukan oleh kualitas pemilih (masyarakat sebagai orang yang dipimpin).  Jika ada leadership untuk melahirkan pemimpin yang baik maka sebelumnya harus ada Followership untuk menciptakan kecerdasan dalam memilih Sang Pemimpin dan saat dipimpin.  Followership dibutuhkan untuk membentuk kapasitas dan kualitas pemilih sehingga dapat membaca tanda-tanda keberadaan Sang Pemimpin serta berani mengkritik Sang Pemimpin ketika lalai saat memimpin.

Untuk konteks Kota Baubau yang sementara berupaya menemukan Sang Pemimpin (Walikota) nya, marilah bersama mempelajari dengan seksama orang-orang yang mencalonkan diri sebagai Walikota itu.  Marilah kita sama-sama mencerdaskan diri dan berhati-hati memilih calon walikota kita.  Apakah calon-calon itu memberikan keteladanan yang baik bagi kita, mencerminkan akhlak yang baik, memberikan inspirasi kebaikan bagi kita, menunjukkan kesederhanaan serta tidak gemar mempertontonkan hedonisme.  Salah menemukan Sang Pemimpin (Walikota) kita sama halnya kita menginvestasikan dan menabung keburukan untuk masa depan kita.

Sederhananya, Pelajarilah dengan seksama calon-calon yang gemar mengumbar janji saat kampanye.  Janganlah memilih calon Walikota yang minta dipilih sambil menyodorkan sejumlah uang atau barang menjelang pemilihan walikota Baubau nanti.  Karena hal itu sama dengan Si Calon membeli harga diri kita dan kita sedang menggadaikan independensi dan kemerdekaan kita.  Marilah sama-sama mencerdaskan diri, menjaga independensi dan kemerdekaan kita saat memilih walikota nanti.  Sekali lagi, kita salah menemukan Sang Pemimpin (Walikota), maka sama halnya kita menginvestasikan dan menabung keburukan untuk masa depan kita. Wallahu ‘alam bissawab.

*Tulisan ini pernah dimuat dalam opini Harian Radar Buton edisi Kamis, 25 Oktober 2012

28 Oktober, 2012

Perempuan Subuh



Perempuan Subuh

Pagi itu begitu cerah setelah beberapa hari sebelumnya matahari selalu disambut oleh gemericik air dari langit disertai angin yang dingin seolah menyampaikan salam dari kutub.  Akhirnya, orang terlihat sukar menikmati kehangatan mentari pagi.   

Tapi sebagian orang malah bersyukur, mengencangkan sarung dan selimut lalu melanjutkan kemalasannya.  Tak jarang pula karena hujan pagi banyak orang mengumpat dan mencaci, entah siapa yang dimaki karena karena hujan tak kunjung usai.  

 Namun pagi itu terlihat lain.  Pagi itu begitu cerah setelah beberapa hari sebelumnya matahari selalu disambut oleh gemericik air dari langit disertai angin yang dingin seolah menyampaikan salam dari kutub.

Seperti pada hari-hari sebelumnya, mataku sudah terjaga sebelum suara bang subuh membangunkan orang-orang berselimut. 

Lagi-lagi dia yang membangunkanku”, gumamku

Tapi aku senang ia selalu melakukan itu karena ia selalu memberiku kesempatan membacakan beberapa bait puisi lalu menceritakan hikayat-hikayatku padanya.

sejak kapan engkau mengagumiku” tanyanya padaku

sejak aku memahami bahwa perempuan itu adalah wajah Tuhan di bumi.  Bahwa perempuan tidak hanya menciptakan kehidupan dari rahimnya tetapi juga menjaga, merawat dan membesarkan kehidupan itu dengan keringat dan air susunya”, jawabku selembut mungkin agar tidak membangunkan orang disekeliling.

“apakah karena itu sampai engkau tak dapat melupakanku?” lanjutnya bertanya

tidak hanya itu.  Engkau adalah malaikat pelindungku, melindungiku dari kegelapan dan kejahatan, menghangatkan tubuhku ketika dingin, menemaniku ketika susah dan menasehatiku ketika lalai.  Engkau memang setia padaku” paparku lagi padanya

“apa lagi…? Ia bertanya dan menyimak jawabanku dengan begitu serius

engkau telah mengajarkan aku banyak buah pengetahuan, mengajarkan bagaimana memaknai hidup karena hidup tak akan berarti tanpa dimaknai.  Karenanya hidup memang harus diperjuangkan.  Belajar tentang kebebasan yang dari padanya kita berbuat dan daripadanya pula kita bertanggung jawab.  Belajar tentang kebenaran yang dari padanya kekuatan hadir dan dari padanya pula keberanian hadir.  Belajar tentang keadilan yang dari padanya keharmonisan dan keindahan hidup hadir dan dari padanya pula menunjukkan adanya perbedaan.  Engkaupun mengajarkan ku tentang cinta dan pengorbanan yang dari padanya keabadian hadir dan kehidupan baru tumbuh” sahutku

“seberharga itukah aku di hatimu..?”

“oh.. lebih dari itu..!” tegasku

Keesokan harinya, perempuan itu datang lagi.  Dengan sedikit mengejutkan ia memelukku dari belakang, tangannya yang lembut membelai rambutku lalu dengan mesra ia mencium keningku.  Aroma tubuhnya yang khas terhirup oleh paru-paruku langsung menyusup masuk ke sum-sum tulangku dan bersemayam di ubun-ubunku.  Lalu dengan lembut ia berbisik ditelingaku

“aku datang lagi untuk mendengar hikayat-hikayatmu dan cerita masa depanmu”

 “tapi engkau datang terlalu awal” kataku

“itulah aku yang selalu hadir tanpa engkau duga-duga.  Aku ingin bercerita lebih lama denganmu” katanya

Aku tersenyum simpul dan menjawab
itulah engkau, selalu menjadi surprise dalam hidupku.  Dan setiap surprise yang engkau suguhkan selalu menghadirkan semangat baru bagiku”

“semangat adalah energi.  Semangat akan menjadikan hari yang kita lalui terasa selalu hidup.  Semangat akan selalu menjelma menjadi ruh yang meniupkan angin kehidupan.  Kehilangan semangat adalah kematian dan kematian itu melahirkan kemalasan, kemalasan lalu membunuh kreativitas.  Ketika kreativitas terbunuh kesia-siaan pun akan meraja.  Seburuk-buruknya keburukan adalah kesia-siaan” jelasku lebih lanjut.

apakah engkau punya harapan masa depan..?” tanyanya padaku
  
“harapan bagiku menggapai tujuan hidup.  Untuk meraih tujuan hidup mesti membuat jalan setapak ke arahnya bukan menapaki jalan setapak yang sudah ada.  Membuat jalan setapak adalah usaha dan kerja keras membawa kita sekaligus kepada takdir.  Maka aku mengupayakan tujuan hidupku untuk menjadi takdir bagiku.  Alangkah lemahnya kita ketika menapaki setapak hidup orang lain”

“lantas, apa tujuan hidupmu..?”
Ia menghujamku dengan pertanyaannya yang bertubi-tubi dan sedikit merepotkaku, tapi justru membuat aku lebih senang dan menjawabnya dengan tenang.

“tujuan hidupku adalah menyempurna di keabadian” sahutku

Dengan meripat wajahnya yang selalu terlihat anggun dan tatapan matanya yang teduh semakin menampakkan sosok kemuliaan seorang perempuan.  Lalu tangan kanannya ia letakkan diatas kepalaku, mengusap-usap rambutku.  Kemudian tangan kanannya itu pula, ia letakkan sejenak diatas wajahku sebelah kiri.  Dibelainya pipiku dengan lembut oleh ibu jarinya.  Sekejap sekujur tubuhku dirajai oleh kehangatan kasih sayang yang ia curahkan.

Sejenak kami terdiam, larut dalam kehangatan kasih sayang itu.  Begitu kompak kami terdiam menciptakan keheningan dalam keheningan subuh.  Akhirnya, dari bibirnya yang lembut terdengar suara merdu yang memecah kesunyian

aku tahu engkau begitu menyayangi dan mencintaiku, engkaupun tahu hatiku seperti itu pula padamu.  Tapi ketahuilah di alam yang tak definitif ini, kebersamaan kita tak mungkin abadi.  Di alam ini berlaku hukum Tuhan bahwa setiap pertemuan meniscayakan adanya perpisahan.  Maka sejak pertemuan itu siapkanlah diri untuk berpisah karena perpisahan kadang menjadi duka yang tak menyisakan luka”.

Badannya sedikit ia bungkukkan sehingga wajahnya lebih dekat dengan wajahku, lalu berucap
satu hal yang aku inginkan darimu.  Aku ingin engkau selalu dikenang oleh sejarah sebagai manusia yang tak punya mudarat kendati bumi telah merenggutmu.  Berbuatlah dan jangan pernah berhenti karena satu yang pasti dalam hidup ini, hidup adalah menanti kematian.  Ingatlah pesanku ini, sayang

Akhirnya, perempuan itu permisi karena mentari mulai memancarkan warnanya yang keemasan.  Ia kemudian perlahan lenyap begitu saja dari hadapanku.  Awalnya bayangannya seperti lukisan abstrak namun wajahnya masih agak nampak sampai akhirnya bak embun pagi yang diterpa cahaya matahari.  Menguap, hilang ditelan semesta.

Pagi ini begitu cerah setelah beberapa hari sebelumnya matahari selalu disambut oleh gemericik air dari langit disertai angin yang dingin seolah menyampaikan salam dari kutub.  Akhirnya, orang terlihat sukar menikmati kehangatan mentari pagi.  

Tapi sebagian orang malah bersyukur, mengencangkan sarung dan selimut lalu melanjutkan kemalasannya.  Tak jarang pula karena hujan pagi banyak orang mengumpat dan mencaci, entah siapa yang dimaki karena hujan tak kunjung usai.  Namun pagi ini terlihat lain.   

Pagi ini begitu cerah setelah beberapa hari sebelumnya matahari selalu disambut oleh gemericik air dari langit disertai angin yang dingin seolah menyampaikan salam dari kutub.

Sekepulanganmu, pagi ini aku begitu bahagia.  Dalam hati, janjiku semakin terpatri

“aku kan selalu berbakti dan setia menyayangimu, karena engkau adalah perempuan suci, rahim yang melahirkanku, Ibuku…”

Muhammad MF
Minggu, 3 Februari 2008
Pukul 00:54 WITA
Di Tamalanrea, Makassar.

LEKAS SEMBUH, ANAKKU..




LEKAS SEMBUH, ANAKKU..


            ...Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri...
(penggalan puisi Gibran)


Saban hari suara mu begitu ceria.  Pekikan tawamu mengekspresikan kebebasan dan keluguan.  Gerakmu lincah bak penari balet menarik perhatian semua orang.  Sorot matamu dalam memancarkan kemurnian kasih sayang yang mengharapkan kemanjaan.  Engkau mencoba merengkuh dunia dengan genggaman jemarimu yang lentik, lalu mencoba berdiri tegak namun terjatuh lagi.  Tetap engkau tersenyum, mencoba berdiri lalu mengayunkan kaki selangkah demi selangkah.

Namun beberapa hari ini suaramu terdengar lirih.  Perjuangan terhenti tak bergairah dan hanya ingin selalu dalam dekapan hangat Ibu.   Ekspresimu tak ceria dan air mukamu nampak murung.  Amirah lagi sakit, seisi rumah ikut bersedih.


Pulasnya Tidur Amirah
 “kenapa anakku..?” Ibu bertanya. Dari respon Amirah yang tak seperti biasanya seisi rumahpun tahu, Amirah sedang sakit.  

“Anakku sayang, biarlah Ibu yang mengambil sakit mu” desah Ibu.

Ayah, badan Amirah agak panas dan pilek” kata istriku, Ibunya Amirah.  Biasanya setiap istriku menelpon, Amirah pasti dengan semangat meraih handphone dari tangan Ibunya.  Ia seakan tahu di sebelah sana ada ayahnya.  Saya cuma mendengar suara terbata manja dari balik telepon.  Amirah sudah mengambil alih telepon Ibunya.  Ia seolah sedang mengadu dan bercerita tentang apa yang telah ia lakukan hari ini.

Kudengar suara mungil yang kalimatnya tak pernah sempurna, membuat rinduku semakin sangat membatin dalam dada. Na..,na..,na..,na..! Na..,na..,na..,na..! kalimat yang nampak jelas yang mewakilkan semua maksud yang ingin ia adukan padaku.

Namun terkadang sesekali terdengar dari mulut Amirah yang mungil “ Ayah..”. ia berhasil memanggilku. Ya, itu sapaan yang selalu diajarkan ibunya untuk memanggilku.  Ingin sekali rasanya saya mendekap tubuh Amirah yang mungil.  Terkadang tanpa sadar butiran air menetes dari sudut mataku.

Saya meninggalkan Amirah sudah hampir tiga bulan lamanya untuk melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor. Saat itu, usia Amirah sekitar tujuh bulan dan kini usianya sembilan bulan lebih.  Saya tak melihat lagi momen terpenting dalam hidupnya.  Saat saya meninggalkannya, Amirah masing ompong dan baru belajar duduk.  Kini, dua gigi mungil telah tumbuh di gusi depan bagian bawah.  Senyumnya semakin lucu dengan dua gigi itu.  Yang lebih mengejutkan Amirah sudah belajar berdiri sendiri.  Ia meraih segala sesuatu disekitarnya yang lebih kokoh untuk menopang tubuhnya yang mungil.  Kendati sering terjatuh, ia tak menyerah untuk selalu mencoba berdiri kembali.

Satu persatu kaki kecilnya menggapai langkah.  Perlahan-lahan hingga mulai mahir melangkah.  Ibunya cerita,  saat ini Amirah semakin berani mengambil tantangan.  Ia ingin berdiri sendiri tanpa berpegang pada sesuatu yang kokoh untuk menopang tubuhnya.  Ia sudah melakukan berkali-kali namun gagal.  Mencobanya lagi namun masih gagal.  Usahanya begitu keras. 

Hingga suatu pagi, diatas tempat tidur ia mencoba berdiri dan berhasil.  Namun hanya beberapa detik ia terjatuh kembali.  Kata Ibunya, Amirah begitu bahagia berhasil untuk pertama kali dapat berdiri sendiri kendati hanya beberapa detik saja.  Saking senangnya, ia mengguling-gulingkan tubuhnya diatas kasur sambil tertawa.  Dua buah giginya yang mungil membuat tingkahnya semakin lucu.

Namun tadi siang, tak seperti biasa suara cerianya menghiasi speaker handphone-ku.  Amirah sedang sakit.  Badannya panas dan hidungnya pilek.  Iklim panca roba, jangankan anak kecil, tubuh orang dewasapun bereaksi.  Atau bisa jadi giginya yang lain akan tumbuh lagi sehingga mempengaruhi metabolisme tubuh Amirah.  Entahlah, yang jelas Amirah sedang sakit.  Seisi rumah jadi ikut bersedih.

Anakku sayang, bangkitlah.,
Zaman sedang mengangkang angkuh di depanmu
Takuklukkan dunia dengan genggaman jemari lentikmu
Tegakkan kedua lututmu dan melangkahlah di atas pentas zamanmu

Anakku sayang,
Lekas sembuh yah Nak. 
Jangan pupuskan keceriaanmu
Doa ayah selalu untukmu. 
Tak lama lagi, Ayah akan kembali
Menemanimu bermain dan belajar.


Kompleks IPB Darmaga, 28 Oktober 2012.
Pukul 00:29 WIB
Saat rindu yang membatin pada anakku Amirah.,



Beberapa Foto Lucu Anakku Amirah

Asyik bermain bersama Ibu


Malu ach baru bangun..

lagi senang-senangnya


Foto Bareng Ayah

Pose ala model bersama Ibu