Entri Populer

Pages

28 Oktober, 2012

Perempuan Subuh



Perempuan Subuh

Pagi itu begitu cerah setelah beberapa hari sebelumnya matahari selalu disambut oleh gemericik air dari langit disertai angin yang dingin seolah menyampaikan salam dari kutub.  Akhirnya, orang terlihat sukar menikmati kehangatan mentari pagi.   

Tapi sebagian orang malah bersyukur, mengencangkan sarung dan selimut lalu melanjutkan kemalasannya.  Tak jarang pula karena hujan pagi banyak orang mengumpat dan mencaci, entah siapa yang dimaki karena karena hujan tak kunjung usai.  

 Namun pagi itu terlihat lain.  Pagi itu begitu cerah setelah beberapa hari sebelumnya matahari selalu disambut oleh gemericik air dari langit disertai angin yang dingin seolah menyampaikan salam dari kutub.

Seperti pada hari-hari sebelumnya, mataku sudah terjaga sebelum suara bang subuh membangunkan orang-orang berselimut. 

Lagi-lagi dia yang membangunkanku”, gumamku

Tapi aku senang ia selalu melakukan itu karena ia selalu memberiku kesempatan membacakan beberapa bait puisi lalu menceritakan hikayat-hikayatku padanya.

sejak kapan engkau mengagumiku” tanyanya padaku

sejak aku memahami bahwa perempuan itu adalah wajah Tuhan di bumi.  Bahwa perempuan tidak hanya menciptakan kehidupan dari rahimnya tetapi juga menjaga, merawat dan membesarkan kehidupan itu dengan keringat dan air susunya”, jawabku selembut mungkin agar tidak membangunkan orang disekeliling.

“apakah karena itu sampai engkau tak dapat melupakanku?” lanjutnya bertanya

tidak hanya itu.  Engkau adalah malaikat pelindungku, melindungiku dari kegelapan dan kejahatan, menghangatkan tubuhku ketika dingin, menemaniku ketika susah dan menasehatiku ketika lalai.  Engkau memang setia padaku” paparku lagi padanya

“apa lagi…? Ia bertanya dan menyimak jawabanku dengan begitu serius

engkau telah mengajarkan aku banyak buah pengetahuan, mengajarkan bagaimana memaknai hidup karena hidup tak akan berarti tanpa dimaknai.  Karenanya hidup memang harus diperjuangkan.  Belajar tentang kebebasan yang dari padanya kita berbuat dan daripadanya pula kita bertanggung jawab.  Belajar tentang kebenaran yang dari padanya kekuatan hadir dan dari padanya pula keberanian hadir.  Belajar tentang keadilan yang dari padanya keharmonisan dan keindahan hidup hadir dan dari padanya pula menunjukkan adanya perbedaan.  Engkaupun mengajarkan ku tentang cinta dan pengorbanan yang dari padanya keabadian hadir dan kehidupan baru tumbuh” sahutku

“seberharga itukah aku di hatimu..?”

“oh.. lebih dari itu..!” tegasku

Keesokan harinya, perempuan itu datang lagi.  Dengan sedikit mengejutkan ia memelukku dari belakang, tangannya yang lembut membelai rambutku lalu dengan mesra ia mencium keningku.  Aroma tubuhnya yang khas terhirup oleh paru-paruku langsung menyusup masuk ke sum-sum tulangku dan bersemayam di ubun-ubunku.  Lalu dengan lembut ia berbisik ditelingaku

“aku datang lagi untuk mendengar hikayat-hikayatmu dan cerita masa depanmu”

 “tapi engkau datang terlalu awal” kataku

“itulah aku yang selalu hadir tanpa engkau duga-duga.  Aku ingin bercerita lebih lama denganmu” katanya

Aku tersenyum simpul dan menjawab
itulah engkau, selalu menjadi surprise dalam hidupku.  Dan setiap surprise yang engkau suguhkan selalu menghadirkan semangat baru bagiku”

“semangat adalah energi.  Semangat akan menjadikan hari yang kita lalui terasa selalu hidup.  Semangat akan selalu menjelma menjadi ruh yang meniupkan angin kehidupan.  Kehilangan semangat adalah kematian dan kematian itu melahirkan kemalasan, kemalasan lalu membunuh kreativitas.  Ketika kreativitas terbunuh kesia-siaan pun akan meraja.  Seburuk-buruknya keburukan adalah kesia-siaan” jelasku lebih lanjut.

apakah engkau punya harapan masa depan..?” tanyanya padaku
  
“harapan bagiku menggapai tujuan hidup.  Untuk meraih tujuan hidup mesti membuat jalan setapak ke arahnya bukan menapaki jalan setapak yang sudah ada.  Membuat jalan setapak adalah usaha dan kerja keras membawa kita sekaligus kepada takdir.  Maka aku mengupayakan tujuan hidupku untuk menjadi takdir bagiku.  Alangkah lemahnya kita ketika menapaki setapak hidup orang lain”

“lantas, apa tujuan hidupmu..?”
Ia menghujamku dengan pertanyaannya yang bertubi-tubi dan sedikit merepotkaku, tapi justru membuat aku lebih senang dan menjawabnya dengan tenang.

“tujuan hidupku adalah menyempurna di keabadian” sahutku

Dengan meripat wajahnya yang selalu terlihat anggun dan tatapan matanya yang teduh semakin menampakkan sosok kemuliaan seorang perempuan.  Lalu tangan kanannya ia letakkan diatas kepalaku, mengusap-usap rambutku.  Kemudian tangan kanannya itu pula, ia letakkan sejenak diatas wajahku sebelah kiri.  Dibelainya pipiku dengan lembut oleh ibu jarinya.  Sekejap sekujur tubuhku dirajai oleh kehangatan kasih sayang yang ia curahkan.

Sejenak kami terdiam, larut dalam kehangatan kasih sayang itu.  Begitu kompak kami terdiam menciptakan keheningan dalam keheningan subuh.  Akhirnya, dari bibirnya yang lembut terdengar suara merdu yang memecah kesunyian

aku tahu engkau begitu menyayangi dan mencintaiku, engkaupun tahu hatiku seperti itu pula padamu.  Tapi ketahuilah di alam yang tak definitif ini, kebersamaan kita tak mungkin abadi.  Di alam ini berlaku hukum Tuhan bahwa setiap pertemuan meniscayakan adanya perpisahan.  Maka sejak pertemuan itu siapkanlah diri untuk berpisah karena perpisahan kadang menjadi duka yang tak menyisakan luka”.

Badannya sedikit ia bungkukkan sehingga wajahnya lebih dekat dengan wajahku, lalu berucap
satu hal yang aku inginkan darimu.  Aku ingin engkau selalu dikenang oleh sejarah sebagai manusia yang tak punya mudarat kendati bumi telah merenggutmu.  Berbuatlah dan jangan pernah berhenti karena satu yang pasti dalam hidup ini, hidup adalah menanti kematian.  Ingatlah pesanku ini, sayang

Akhirnya, perempuan itu permisi karena mentari mulai memancarkan warnanya yang keemasan.  Ia kemudian perlahan lenyap begitu saja dari hadapanku.  Awalnya bayangannya seperti lukisan abstrak namun wajahnya masih agak nampak sampai akhirnya bak embun pagi yang diterpa cahaya matahari.  Menguap, hilang ditelan semesta.

Pagi ini begitu cerah setelah beberapa hari sebelumnya matahari selalu disambut oleh gemericik air dari langit disertai angin yang dingin seolah menyampaikan salam dari kutub.  Akhirnya, orang terlihat sukar menikmati kehangatan mentari pagi.  

Tapi sebagian orang malah bersyukur, mengencangkan sarung dan selimut lalu melanjutkan kemalasannya.  Tak jarang pula karena hujan pagi banyak orang mengumpat dan mencaci, entah siapa yang dimaki karena hujan tak kunjung usai.  Namun pagi ini terlihat lain.   

Pagi ini begitu cerah setelah beberapa hari sebelumnya matahari selalu disambut oleh gemericik air dari langit disertai angin yang dingin seolah menyampaikan salam dari kutub.

Sekepulanganmu, pagi ini aku begitu bahagia.  Dalam hati, janjiku semakin terpatri

“aku kan selalu berbakti dan setia menyayangimu, karena engkau adalah perempuan suci, rahim yang melahirkanku, Ibuku…”

Muhammad MF
Minggu, 3 Februari 2008
Pukul 00:54 WITA
Di Tamalanrea, Makassar.

0 komentar:

Posting Komentar