Entri Populer

Pages

07 Mei, 2013

Pelacur dan Koruptor



Menurut anda mana yang lebih suci, Pelacur atau koruptor?? Suci dalam artian apa, dari dosa..?? Akh jangankan pelacur dan koruptor, Nabi saja punya dosa.  Maksud saya, soal kesucian dan dosa lebih bersifat transenden, biarlah itu menjadi prerogatif Tuhan untuk memastikan kadarnya.  Karena hanya yang suci yang bisa memastikan kadar kesucian sebenarnya.

Atau mungkin kita bisa mengajukan dengan konteks pertanyaan yang lain.  Mana yang lebih bertanggung jawab dan terhormat, pelacur atau koruptor. Bertanggung jawab dan terhormat dalam hal apa? Tentu saja dalam hal menjalankan amanah atas tugas profesi yang diembannya.  Selain itu, keikhlasan untuk mengakui atas apa yang telah diperbuatnya atas profesi itu. Pertanyaan kedua ini lebih realistis untuk kita jawab karena fenomenanya lebih mudah diukur dan diamati dalam lingkungan sosial kita.

Pelacur dan koruptor adalah dua fenomena yang sama-sama lahir dari penyimpangan atas kebudayaan.  Koruptor lahir karena kecendrungan penyimpangan atas kekuasaan dan wewenang (abuse of power) yang dimiliki sedangkan pelacur(an) ada bisa jadi karena ketimpangan ekonomi seperti kemiskinan dan tidaknya lapangan kerja.  Jadi lebih disebabkan oleh sistem yang timpang.

Pelacur dan koruptor adalah subjek yang sama-sama tidak mau dilekatkan kata pelacur atau koruptor pada dirinya.  Tidak ada koruptor yang mau dikatakan koruptor kendati bukti hukum telah membawanya ke muka pengadilan dan duduk di kursi pesakitan sebagai tersangka korupsi.  Bahkan koruptor akan melakukan manipulasi hukum untuk bebas dari tuntutan hukum. Demikian pula pelacur, tak ada pelacur yang mau dikatakan pelacur namun mereka cenderung untuk bercerita jujur bahwa karena keterpaksaan dan ketidakberdayaan hingga menjadi seorang pelacur.

Kalau kita menonton berita di TV menggerebekan lokalisasi dan penangkapan seorang koruptor kita akan mendapatkan kesan yang berbeda.  Para pelacur akan cederung menutup wajah  mereka saat digelandang masuk dalam dalam mobil patorli oleh aparat.  Tapi bandingkan saat koruptor dieksekusi oleh petugas.  Si Koruptor akan menunjukkan wajah yang ceria dan senyuman manis dengan gaya yang petantang-petenteng.  Pelacur jauh lebih memiliki rasa malu ketimbang koruptor.


Pengalaman Seorang Teman

Tak ada pelacur yang makan gaji buta, sedangkan koruptor bukan hanya gaji buta, uang rakyat pun disikat habis.  Untuk point ini saya hendak menceritakan pengalaman seorang kawan di Makassar.  Kawan saya itu kuliah di salah satu kampus swasta di Makassar jurusan komunikasi.  Suatu saat ia mengambil mata kuliah mirip-mirip investigasi jurnalistik.  Perkualiahan mata kuliah ini agak aneh.  Suatu saat, mereka kuliahnya jam 12 malam dan bertemu dengan sang dosen di lapangan Kerebosi Makassar.

Sang dosen lalu membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari dua mahasiswa.  Kelompok-kelompok tadi oleh sang dosen disebar ke titik lokalisasi berbeda di Makassar.  Setiap kelompok ditugasi untuk melakukan wawancara kepada pelacur mengenai aktivitasnya sebagai pelacur dan mengapa mereka bisa terjebak dalam lubang hitam tersebut.

Teman saya tadi bersama seorang teman kelompoknya, mendapat tugas di titik Jalan Sungai Saddang Lama.  Rupa-rupanya, para abang becak yang mangkal disepanjang jalan itu adalah mucikari untuk dicomblangkan dengan si Kupu-Kupu Malam.  Transaksi sepenuhnya dipercayakan kepada Si Abang Becak.  Harga yang disepakati sudah termasuk jasa Si Abang Becak mengantarkan pelanggan, sewa tempat dan tentu saja biaya “daging” yang direntalkan.

Singkat cerita, tibalah kawan saya itu bersama temannya dalam sebuah bilik yang cukup sempit yang memang hanya untuk melakukan adegan “syur” itu.  Rupa-rupanya, bilik itu hanya untuk layanan “short time”.  Si Kupu-Kupu Malam tanpa diperintah menanggalkan pakaiannya satu persatu.  Kawan saya itu sempat terdiam agak lama melihat hal itu dengan mata terbelalak sambil menelan air liurnya.  Lalu berupaya untuk sadar dan berkata:

“maaf Mbak, maksud kedatangan kami bukan untuk main” kata teman saya

“lantas, maksud kedatangan kalian untuk apa?” tanya si Cewek agak heran

“kami ini mahasiswa yang sedang ditugaskan oleh dosen untuk melakukan wawancara” lanjut teman saya untuk menjelaskan.

Akhirnya, pakaian yang sudah ditanggalkan dikenakan kembali.  Tidak terasa wawancara sudah berjalan kurang lebih 2 jam. Informasi telah terkumpul.  Teman saya merogok beberapa ratus ribu dari kantungnya untung membayarkan tarif sesuai dengan “time” yang digunakan.  Uang itu lalu diserahkan pada si Cewek. Begitu teman saya hendak bergegas pergi, Si Cewek berkata:

“Maaf, saya merasa kurang enak menerima uang ini tanpa menjalankan kewajiban saya untuk memberikan pelayanan”

Teman saya hanya terdiam mendengar ucapan si Cewek PSK sambil saling bertatap dengan teman yang ada disampingnya.  Tiba-tiba secara serentak dada mereka berdetak kencang mendengar ucapan si Cewek PSK.  Dalam dada mereka lalu mulai bekecamuk antara godaan hasrat dan peringatan iman.

“Tapi kami tidak datang untuk main mbak” teman saya berupaya menimpali dan benarkan oleh anggukan temannya.

“Lantas, gimana dong uang ini.  Saya merasa tidak berhak menerimanya sebelum menjalankan kewajibanku” Kata si Cewek PSK

Mereka terdiam sejenak.  Tiba-tiba teman saya memberikan usulan “gimana Mbak kalau kami pegang-pagang saja”.  Si Cewek PSK akhirnya mengamini.

Kisah teman diatas terkesan lucu, tapi saya menganggapnya si Pelacur sangat profesional sebagai seorang pelacur.  Ia berusaha bertanggung jawab dan amanah dalam menjalankan tugasnya dan tak akan menerima upah sebelum melaksanakan kewajiban.  Ia merasa makan “gaji buta dan tidak halal” baginya untuk menerima tarif tanpa melakukan pelayanan.

Lalu bagaimana dengan dengan koruptor..?

Bangsa ini hancur karena koruptor.  Kita bisa mengatakan bangsa ini terpuruk dalam kemiskinan dan kebodohan karena koruptor.  Betapa tidak, mereka melibas uang rakyat tak tanggung-tanggung hingga triliyunan rupiah. Tindakan korup ini menyebabkan pembangunan tak berjalan semestinya, uang pendidikan dan kesehatan serta bantuan sosial buat rakyat dirampas secara sistemik.  Kita bisa mengatakan, sebagai efek domino pelacur ada karena adanya korupsi.

Koruptor ketika ditangkap akan cenderung memanipulasi proses hukum untuk menghindari jeratan hukum.  Menggunakan uang hasil korupsi untuk menyuap para penegak hukum.  Maka makin hancur dan terpuruklah bangsa ini.  Secara sistemik, kita rakyat jelata juga harus menanggung akibat dari perbuatan bejat koruptor.

Kalupun kita hendak sedikit berfikir nakal, Pelacur mendapatkan duit dengan memberi kesenangan kepada orang lain, tetapi Koruptor mengumpulkan pundi-pundi hartanya dengan menyengsarakan banyak orang.

So, saya berani berkata dengan tegas bahwa Pelacur masih jauh lebih terhormat dari seorang Koruptor.!!!


Darmaga IPB, 5 Mei 2013 pukul 1:42 dini hari.

1 komentar:

  1. pelacur itu sebuah profesi sedangkan koruptor itu orang-orang yang tidak profesional. dalam dunia pelacuran mungkin juga ada pelacur yang korupsi.

    pelacur dan korupsi? apa hubungannya?

    BalasHapus