Entri Populer

Pages

22 Juni, 2015

RESAH


Ilustrasi


Setelah agak sedikit terhempas ngurus “kiri kanan” tesis, saya memutuskan untuk nongkrong depan perpustakaan IPB.  Mahasiswa IPB biasa menyebutnya LSI, Layanan Sumberdaya Informasi.  Depan gedung itu berjejer bangku-bangku kayu tua hitam namun masih kokoh menopang beberapa bokong sekaligus yang tertumpu diatasnya.  Bangku-bangku yang telah menyaksikan banyak mahasiswa diskusi yang berjubel dengan berbagai teori.  Atau mahasiswa akhir seperti saya yang hanya hendak duduk melepas penat dan resah tesis yang tak kunjung usai. Aaakhhh…,

Membiarkan pikiran ini melayang-layang bebas, menggantung di langit.  Meraih headset yang sudah meliuk kusut dari saku baju, pasang ke kuping.  Salah satu ujungnya tertancap mantap di smartphone andalan.  Ibu jariku dengan lincah memainkan touchscreen masuk ke folder musik lalu memilih secara random lagu dalam play list. Energi listrik dengan sekejab berubah menjadi bunyi yang mengalir cepat 50hz melalui kabel headset dan terbagi secara stereo pada dua loudspeaker mininya.

Suara gitar akustik lalu terdengar sayup menyelusp masuk ke dalam liang telingaku. Gelombang suarnya menyentil gendang telinga yang diubah menjadi energi mekanik.  Energinya mengalir ke tulang telinga bagian tengah malleus, incus dan stapes.   Getaran ini sedikit mengoncangkan cairan ekuilibriumku untuk memberi rangsangan sel-sel rambut menghasilkan pesan berupa impuls bio elektrik yang siap dikirim ke otakku.  Atas bantuan kabel-kabel saraf, impuls mengalir ke otak untuk ditafsir sebagai suara yang merdu.

Pa..ra.,ra.,ra.,
Pa..ra.,ra.,ra.,
Pa..ra.,ra.,ra.,
Pa..ra.,ra.,ra.,
Uuu..uuu…uuu…

Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap 
Tapi aku tak bisa melihat matamu

Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu

Entah mengapa ibu jariku memilih lagu itu.  Alunan musiknya slow nan syahdu menyelusup masuk ke dalam sukma.  Memberikan ketenangan sekaligus keresahan.  Warna musiknya cukup reflektif, pekat malah.  Petikan guitalele memberikan nuansa keroncong.  Lagu ini betul-betul mewakili perasaanku saat ini. Dari persoalan tesis hingga hati, dan urusan tetek bengek kerjaan dan ekonomi. Semua bergumul menjadi satu, RESAH.  Sama pula dengan judul lagu ini.  Ha..,ha..,ha., menyebutku alay kata seorang kawan chating.

Band Payung Teduh (Ivan, Cito, Is & Comi)
Oh ya, sedikit info saja dari lagu yang jadi latar tulisan alay ini.  Judulnya Resah buah karya dari sebuah band indie yang dibentuk tahun 2007, Payung Teduh.  Lagu ini salah satu hits dari album Payung Tedung bersampul Dunia Batas.  Awalnya band ini digawangi oleh Is (vokal/gitar) dan Comi (bass) mahasiswa UI yang saban hari bermain musik di sudut-sudut kampus atau mentas di Teater Pagupon.  Warna musik mereka mulai menjadi kompilt dan berkarakter setelah Cito (drum/cajon) dan Ivan (guitalele) direkrut masuk.  Band indie ini mungkin bisa disetarakan dengan band indie lainnya seperti Efek Rumah Kaca dan Dialog Dini Hari.

Dari sederetan lagu-lagu Payung Teduh nampaknya band ini beraliran romantis.  Lirik-liriknya sangat puitis dengan lantunan iringan musik yang tak terlalu menghentak.  Buat yang lagi galau, terserah mau tema galaunya cinta, kerjaan, keluarga sampai urusan duit, dijamin mendengar lagu ini menjadi kanal yang tepat untuk lebih meresapi pekatnya galau.

Namun terlepas dari itu, saya menilai band ini memang memiliki karakter.  Musiknya menghantarkan pada situasi reflektif yang serba abstrak.  Patah hati, jatuh cinta, dirundung masalah, hanyalah sekian gejala psikologis agar lagu-lagu mereka menemukan bentuknya. Lebih diresapi.  Saat saya mendengarkan lagu-lagu Payung Teduh saya seolah sedang terlibat dalam dialog imajiner dengan diri saya sendiri.  Terhempas dalam ruang dan waktu masa lalu, kini dan selanjutnya.  Aduh.,cukup ah,nanti dibilangin lebay dan alay lagi..he..he.he..,
 
Album Payung Teduh, Dunia Batas
Sayup-sayup lagu resah masih mengiang ditelinga.  Bait-baitnya masih menyuguhkan perasaan yang sama dan puitis.

Aku menunggu dengan sabar
Di atas sini, melayang-layang
Tergoyang angin, menantikan tubuh itu

Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu

Ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu


Mestinya anda tak perlu membaca tulisan ini.  Ini hanya pelampiasan keresahan dan kegalauan hati.  Maaf ya.,he..he..he..



LSI, Institut Pertanian Bogor
22 Juni 2015.
 


0 komentar:

Posting Komentar