Entri Populer

Pages

01 Juli, 2010

Selamat Berpulang Sahabatku Ali..,




Asap rokok masih saja terus mengepul diatas kepala kami seolah sedang terjadi kondensasi awan dikala akan hujan. Ruangan sekejab dikuasai aroma Tar dan nikotin. Wangi shampoo dirambut gondrong kami menjadi tak jelas setelah bereaksi dengan partikel asap rokok. Dengan PeDenya kami melepas baju sehingga badan kami yang ceking yang tak pernah penuh diisi asap rokok menjadi jelas. Ruas-ruas rusuk didada begitu menonjol kentara karena lebih sering diisi oleh asap rokok ketimbang makanan yang bergizi. Betapa tidak, selera makan menjadi hilang saat Tar dan nikotin yang berbentuk asap bereaksi sempurna dalam tenggorokan dengan senyawa kafein kopi. Menurut kami itu adalah kempurnaan luar biasa. Hasilnya, lambung kami semakin akrab dengan Maag.

Saat itu sudah tengah malam. Kami belum saja tidur. Mata kami masih tetap terjaga karena mulut kami masih bersemangat komat-kamit membahas tentang pengkaderan mahasiswa. Ini kami lakukan hampir setiap malam dengan ikhlas karena pesan-pesan senior sudah terpatri. “ini demi keberlanjutan pengkaderan mahasiswa,ini demi bangsa dan peradaban yang lebih baik. Karena mahasiswa adalah pelatuk perubahan dan memiliki fungsi control sosial”

Ruangan HIMAGRO (Himpunan Mahasiswa Agronomi) menjadi saksi segala aktivitas kami. Ruangan HIMAGRO merekam dan menjadi pendengar terbaik setiap rencana gerakan dan agenda kelembagaan yang akan kami lakukan. Itu rutinitas setiap malam saat masih mahasiswa bersama sahabat saya Alisastrawansyah dan sahabat-sahabat yang lain enal, masluki, Phay, ilo,jullo,alam dan teman-teman yg lain.

*********
Pagi ini,tepatnya jam setengah sepuluh teman saya Firman yang sekarang lagi menempuh S2 d jogja mengirim kabar via Short Message Service bahwa saudara kita Alisastrawansyah baru saja meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Saya sangat terkejut dan agak sedikit trauma bercampur sedih yang mendalam. Betapa tidak, dalam selang yang tidak seberapa lama mendapat dua kabar duka dipagi hari. Beberapa waktu yang lalu dosen saya yang tercinta Pak Nurman sekarang saudara kami Alisastrawansyah giliran berpulang

Saya segera menyebarkan berita duka ini kepada teman-teman sembari mencari informasi ke teman-teman emngenai kronologis kecelakaan. Informasi yang saya dapat, Ali,begitu sapaan akrab Alisastrawansyah, meninggal begitu sampai di rumah sakit umum Masamba. Salah seorang yang berada di tempat kejadian melihat handphone Ali dan dipanggilan keluar ada tercantum nama Masluki. Masluki lalu dihubungi untuk segera ke Masamba dan kebetulan Masluki tinggal di palopo sekitar 1 jam ke Masamba.

Cerita yang saya dapatkan dari Masluki dan Amril yang menyusul kemudian ke rumah sakit, kejadiannya jam setengah 7 pagi. Ali menyetir mobil Taft bersama mertua dan iparnya hendak menuju Makassar. Kecelakaan terjadi saat mobil yang dikendarai Ali tabrakan dengan Bus besar antar kota yang melaju kencang dari arah Makassar. Tabrakan nampaknya sangat keras karena mobil yang dikendarai Ali rusak berat. Ali meninggal saat tiba d rumah sakit dan mertuanya meninggal ditempat sementra iparnya sempat kritis dirumah sakit lalu menyusul meninggal beberapa jam kemudian.

Lalu terpikir oleh saya bagaimana ketika keluarga Ali mendengar berita ini yang sekarang berdomisili di Takalar. Ali baru saja menikah setahun lebih dan istrinya baru saja melahirkan. Buah hati hasil pernikahan mereka terpaksa yatim sebelum lahir. Saya membayangkan bagaimana perasaan istri sahabat saya itu. Baru saja bahagia karena telah dikaruniai momongan sirna sekejab berganti duka karena Ali suami tercinta, ayah dan adiknya berpulang dengan tiba-tiba dan tragis. Rencana untuk membina keluarga dan membesarkan anak pun pupus berganti duka yang teramat berat. Aakh..,saya jadi tak tahan membayangkan itu. Tak terasa mata ini jadi berkaca-kaca.

Saya masih teringat saat dikampus dulu bersama Ali. Sembari mengisap dalam-dalam rokok dan segelas kopi berdua di Mak Atang (salah satu langganan pedagang kaki lima dekat jurusan tempat kami biasa mengutang), kami sering berceloteh tentang “ketailasoan sosial”. Itu istilah yang kami gunakan untuk menggambarkan kondisi sosial yang carut-marut akibat salah urus dan sistim kampus yang tak pernah mau sejalan dengan dinamika pengkaderan lembaga mahasiswa.

Kami sengaja memelihara rambut gondrong sebagai bentuk perlawanan terhadap sistim di kampus. Sementara birokrat kampus mengindentikkan mahasiswa gondrong adalah mahasiswa yang tak beretika, nakal, bodoh dan malas. Kami selalu berapologi “nabi saja banyak yang gondrong, artinya mereka tak beretika,bodoh dan malas. Sementara para nabi hadir membawa misi perubahan sosial”. Hahahah…kami menemukan pembenaran secara teologi atas kegondrongan kami.

Ada mitos gondrong yang diberitahukan Ali kepada saya.

“Min, ada pantangan yang tak boleh dilanggar oleh mahasiswa gondrong”
“Apa itu?” tanyaku penasaran
Jawab Ali “mahasiswa gondrong tak boleh minum susu, tak boleh makan tahu tempe, tak boleh tidur dibawah jam 12 malam dan harus merokok . Kalau melanggar aturan, itu tandanya banci dan potong saja gondrongnya”.

Sementara saya sangat doyan susu coklat. Terpaksa untuk meminumnya saya akali dengan mencampunya dengan coffemix. Kami hanya tertawa terbahak dengan terus mengepulkan asap rokok sambil terus berceloteh dan menikmati susu coklat yang telah diakali itu…

Satu waktu ada kegiatan Himpunan di Takalar tepatnya di pabrik Gula takalar. Ali lalu menjanjikan saya akan mengajakku ke rumahnya yang tak jauh dari pabrik gula itu. Disela-sela kegiatan lagi istrahat, Ali hendak melunasi janjinya. Dengan menggunakan motor yang khusus Ali persiapkan untuk saya, ia mengajakku ke rumahnya untuk makan malam. Ali perkenalkan saya dengan orang tuanya yang ramah. Setelah mandi dan badan bugar kembali kami langsung ke dapur. Saat itu kami berdua duduk makan melantai. Bukannya tak ada kursi meja tapi itu menjadi kebiasaan kami yang menyenangkan saat makan.
Sambil melahap makan malam, Ali bercerita tentang pacarnya yang juga satu jurusan dengan kami. Namanya sebut saja “Bunga”. Gadis itu cantik, manis, senyumnya menarik,bodinya bohai semampai, rambutnya hitam lurus seperti bintang iklan shampoo. Saya kenal betul gadis itu karena selalu jadi rebutan dan buah bibir para jomblowan di kampus. Gadis itu angkatan dua ribu ****. Ia berkisah tentang sejauh mana hubungannya dengan gadis cantik itu. Akh..,saya tak perlu menceritakan kembali kisah itu disini. Itu perbicaraan rahasia dan khusus para lelaki. Tak boleh diketahui oleh perempuan.

Setelah usai makan malam, Ali melarang saya langsung kembali ke pabrik gula. “kita nyantai-nyatai dulu dikamar Min,ada yang mau ku kasih liatkan q” katanya. Pembicaraan kami seputar studi, kampus,lembaga mahasiswa dan tentu saja tema pembicaraan wajib adalah perempuan. Lagi asyik bercerita lalu terdengar suara dentuman music dangdut. Nampaknya itu tak jauh dari rumah Ali

“Ayo Min, kita kesana. Itu yang mau ku kasih liat q” ajaknya. Saya pun bergegas karena di dorong rasa penasaran. Setelah berpamitan pada orang tua Ali kami langsung menuju ke sumber suara musik tadi. Sampai disana..,wow..ada tontonan menarik para gadis-gadis dengan menggunakan pakaian serba minimalis sedang menari meliuk-liuk bak ular kobra sambil menyanyikan lagu dang dut pilihan diatas panggung. Goyangan tubuhnya mengikuti irama dang dut. Tarian mereka memancarkan nuasa erotis. Apalagi memperhatikan tubuhnya yang berkeringat dan menyusup jauh kedalam setiap lipatan dan lekukan tubuhnya yang putih. Kemana gerangan keringat itu bermuara?. Akh.., silahkan jawab sendiri.
Orang setempat menyebutnya ca’doleng-doleng

Ali punya perawakan yang sederhana,ceria dan enak diajak ngobrol. Secara fisik badannya kurus, rambutnya hitam lurus, kulitnya putih, wajahnya lumayan tampan dan badanya tak terlalu tinggi. Orang mengkategorikan dia dalam kelompok laki-laki tampan makanya dia punya banyak pacar dan setiap mengodo-odo perempuan pasti dapat.

******************
Itulah sekeping kenangan bersama Ali. Kenangan saat bermahasiswa di jurusan Budidaya Pertanian UNHAS. Setelah saya sarjana dan kembali ke Buton saya tak pernah bersua lagi dengan Ali hanya komunikasi via telpon dan facebook masih intens. Bahkan beberapa waktu lalu dia mengajak saya untuk bisnis benih jagung. Kebetulan Ali bekerja pada salah satu perusahaan benih.

Kendati Ali telah berpulang tapi ia hendak berpesan kepada kita lewat akhir hidupnya yang tragis. Kematian memang sebuah keniscayaan. Semua yang hidup pasti akan mati, semua tinggal soal waktu, tempat dan bagaimana cara kita mati. Kematian bukanlah masalah dan harus ditakuti karena ia adalah niscaya. Yang terpenting adalah bagamana cara kita mempersiapkan diri menghadapi kematian

Masih banyak lagi kepingan-kepingan memori yang tersimpan dan tak akan terlupakan dalam ingatan saya. Seorang sahabat dan sudah seperti saudara pernah berjuang dan menderita bersama. Sahabat yang tak hanya sekedar membenarkan kata-kataku tapi selalu berkata benar kepadaku. Aakh saya tak kuat lagi melanjtkan cerita ini. Mata ini semakin berkaca. Selamat tinggal saudaraku, semoga engkau mendapat tempat yang baik disana. Maafkan, karena ruang dan waktu, aku tak sempat melihat tubuhmu yang telah terdiam kaku. Namun Aku kan terus mengenangmu…,

Anda punya kenangan sama Ali..?

Baubau,Sultra
Kamis, 1 juli 2010
Pukul 09.30 pagi
Saat mata sedang berkaca-kaca..,

1 komentar:

  1. salam dan salawat untuk kakandaku yang selalu di hati.
    semoga engkau mendapat senantiasa mendapat lindungan dan Syafaat-NYA...

    Matimu Tidak akan pernah membunuh Cinta kami sekeluarga.

    dari adikmu ( wahyudiawansyah )

    BalasHapus