Menurut anda mana yang lebih
suci, Pelacur atau koruptor?? Suci dalam artian apa, dari dosa..?? Akh
jangankan pelacur dan koruptor, Nabi saja punya dosa. Maksud saya, soal kesucian dan dosa lebih
bersifat transenden, biarlah itu menjadi prerogatif Tuhan untuk memastikan
kadarnya. Karena hanya yang suci yang
bisa memastikan kadar kesucian sebenarnya.
Atau mungkin kita bisa mengajukan
dengan konteks pertanyaan yang lain. Mana
yang lebih bertanggung jawab dan terhormat, pelacur atau koruptor. Bertanggung
jawab dan terhormat dalam hal apa? Tentu saja dalam hal menjalankan amanah atas
tugas profesi yang diembannya. Selain
itu, keikhlasan untuk mengakui atas apa yang telah diperbuatnya atas profesi
itu. Pertanyaan kedua ini lebih realistis untuk kita jawab karena fenomenanya
lebih mudah diukur dan diamati dalam lingkungan sosial kita.
Pelacur dan koruptor adalah dua
fenomena yang sama-sama lahir dari penyimpangan atas kebudayaan. Koruptor lahir karena kecendrungan
penyimpangan atas kekuasaan dan wewenang (abuse
of power) yang dimiliki sedangkan pelacur(an) ada bisa jadi karena
ketimpangan ekonomi seperti kemiskinan dan tidaknya lapangan kerja. Jadi lebih disebabkan oleh sistem yang
timpang.
Pelacur dan koruptor adalah
subjek yang sama-sama tidak mau dilekatkan kata pelacur atau koruptor pada
dirinya. Tidak ada koruptor yang mau
dikatakan koruptor kendati bukti hukum telah membawanya ke muka pengadilan dan
duduk di kursi pesakitan sebagai tersangka korupsi. Bahkan koruptor akan melakukan manipulasi
hukum untuk bebas dari tuntutan hukum. Demikian pula pelacur, tak ada pelacur
yang mau dikatakan pelacur namun mereka cenderung untuk bercerita jujur bahwa
karena keterpaksaan dan ketidakberdayaan hingga menjadi seorang pelacur.
Kalau kita menonton berita di TV
menggerebekan lokalisasi dan penangkapan seorang koruptor kita akan mendapatkan
kesan yang berbeda. Para pelacur akan
cederung menutup wajah mereka saat
digelandang masuk dalam dalam mobil patorli oleh aparat. Tapi bandingkan saat koruptor dieksekusi oleh
petugas. Si Koruptor akan menunjukkan
wajah yang ceria dan senyuman manis dengan gaya yang petantang-petenteng. Pelacur jauh lebih memiliki rasa malu
ketimbang koruptor.
Pengalaman Seorang Teman
Tak ada pelacur yang makan gaji
buta, sedangkan koruptor bukan hanya gaji buta, uang rakyat pun disikat
habis. Untuk point ini saya hendak
menceritakan pengalaman seorang kawan di Makassar. Kawan saya itu kuliah di salah satu kampus
swasta di Makassar jurusan komunikasi.
Suatu saat ia mengambil mata kuliah mirip-mirip investigasi
jurnalistik. Perkualiahan mata kuliah
ini agak aneh. Suatu saat, mereka
kuliahnya jam 12 malam dan bertemu dengan sang dosen di lapangan Kerebosi
Makassar.
Sang dosen lalu membagi mahasiswa
dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari dua mahasiswa. Kelompok-kelompok tadi oleh sang dosen
disebar ke titik lokalisasi berbeda di Makassar. Setiap kelompok ditugasi untuk melakukan
wawancara kepada pelacur mengenai aktivitasnya sebagai pelacur dan mengapa
mereka bisa terjebak dalam lubang hitam tersebut.
Teman saya tadi bersama seorang
teman kelompoknya, mendapat tugas di titik Jalan Sungai Saddang Lama. Rupa-rupanya, para abang becak yang mangkal
disepanjang jalan itu adalah mucikari untuk dicomblangkan dengan si Kupu-Kupu
Malam. Transaksi sepenuhnya dipercayakan
kepada Si Abang Becak. Harga yang
disepakati sudah termasuk jasa Si Abang Becak mengantarkan pelanggan, sewa
tempat dan tentu saja biaya “daging” yang direntalkan.
Singkat cerita, tibalah kawan saya
itu bersama temannya dalam sebuah bilik yang cukup sempit yang memang hanya
untuk melakukan adegan “syur” itu.
Rupa-rupanya, bilik itu hanya untuk layanan “short time”. Si Kupu-Kupu Malam tanpa diperintah
menanggalkan pakaiannya satu persatu.
Kawan saya itu sempat terdiam agak lama melihat hal itu dengan mata
terbelalak sambil menelan air liurnya.
Lalu berupaya untuk sadar dan berkata:
“maaf Mbak, maksud kedatangan kami bukan untuk main” kata teman
saya
“lantas, maksud kedatangan kalian untuk apa?” tanya si Cewek agak
heran
“kami ini mahasiswa yang sedang ditugaskan oleh dosen untuk melakukan
wawancara” lanjut teman saya untuk menjelaskan.
Akhirnya, pakaian yang sudah
ditanggalkan dikenakan kembali. Tidak
terasa wawancara sudah berjalan kurang lebih 2 jam. Informasi telah terkumpul. Teman saya merogok beberapa ratus ribu dari
kantungnya untung membayarkan tarif sesuai dengan “time” yang digunakan. Uang
itu lalu diserahkan pada si Cewek. Begitu teman saya hendak bergegas pergi, Si Cewek
berkata:
“Maaf, saya merasa kurang enak menerima uang ini tanpa menjalankan
kewajiban saya untuk memberikan pelayanan”
Teman saya hanya terdiam
mendengar ucapan si Cewek PSK sambil saling bertatap dengan teman yang ada
disampingnya. Tiba-tiba secara serentak
dada mereka berdetak kencang mendengar ucapan si Cewek PSK. Dalam dada mereka lalu mulai bekecamuk antara
godaan hasrat dan peringatan iman.
“Tapi kami tidak datang untuk main mbak” teman saya berupaya
menimpali dan benarkan oleh anggukan temannya.
“Lantas, gimana dong uang ini.
Saya merasa tidak berhak menerimanya sebelum menjalankan kewajibanku”
Kata si Cewek PSK
Mereka terdiam sejenak. Tiba-tiba teman saya memberikan usulan “gimana Mbak kalau kami pegang-pagang saja”. Si Cewek PSK akhirnya mengamini.
Kisah teman diatas terkesan lucu,
tapi saya menganggapnya si Pelacur sangat profesional sebagai seorang
pelacur. Ia berusaha bertanggung jawab
dan amanah dalam menjalankan tugasnya dan tak akan menerima upah sebelum melaksanakan
kewajiban. Ia merasa makan “gaji buta
dan tidak halal” baginya untuk menerima tarif tanpa melakukan pelayanan.
Lalu bagaimana dengan dengan
koruptor..?
Bangsa ini hancur karena
koruptor. Kita bisa mengatakan bangsa
ini terpuruk dalam kemiskinan dan kebodohan karena koruptor. Betapa tidak, mereka melibas uang rakyat tak
tanggung-tanggung hingga triliyunan rupiah. Tindakan korup ini menyebabkan
pembangunan tak berjalan semestinya, uang pendidikan dan kesehatan serta
bantuan sosial buat rakyat dirampas secara sistemik. Kita bisa mengatakan, sebagai efek domino
pelacur ada karena adanya korupsi.
Koruptor ketika ditangkap akan
cenderung memanipulasi proses hukum untuk menghindari jeratan hukum. Menggunakan uang hasil korupsi untuk menyuap
para penegak hukum. Maka makin hancur
dan terpuruklah bangsa ini. Secara
sistemik, kita rakyat jelata juga harus menanggung akibat dari perbuatan bejat
koruptor.
Kalupun kita hendak sedikit
berfikir nakal, Pelacur mendapatkan duit dengan memberi kesenangan kepada orang
lain, tetapi Koruptor mengumpulkan pundi-pundi hartanya dengan menyengsarakan
banyak orang.
So, saya berani berkata dengan
tegas bahwa Pelacur masih jauh lebih terhormat dari seorang Koruptor.!!!
Darmaga IPB, 5 Mei 2013 pukul 1:42 dini hari.
pelacur itu sebuah profesi sedangkan koruptor itu orang-orang yang tidak profesional. dalam dunia pelacuran mungkin juga ada pelacur yang korupsi.
BalasHapuspelacur dan korupsi? apa hubungannya?