Dikisahkan di:
Bogor, 19 Juni 2013
Pukul 19.00 WIB
Hari ini saya begitu senang. Rasa penasaran dan jantung yang berdebar-debar sejak beberapa hari yang lalu terjawab sudah. Hari ini bersama kawan-kawan PSL Pasca IPB berkunjung ke Istana Bogor. Istana Bogor adalah salah satu dari enam istana keperesiden RI. Istana ini terbuka untuk umum dikunjungi setahun sekali saat ulang tahun Bogor tanggal 3 Juni. Itupun harus daftar beberapa hari sebelumnya secara rombongan. Bisa pula berkunjung pada hari-hari lain tapi urusannya tentu jauh lebih ribet karena harus melewati prosedur keprotokoleran presiden RI.
Kesempatan bagi masyarakatuntuk berkunjung ke Istana Bogor
merupakan rangkaian peringatan ulang tahun Kota Bogor. Peringatan ulang tahun Bogor setiap tanggal 3
Juni. Pemilihan waktu ulang tahun Kota
Bogor tersebut diambil karena tanggal 3 Juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu
Siliwangi sebagai raja dari Kerajaan Pajajaran.
Beberapa hari sebelum masuk ke Istana Bogor rasa penasaran sudah
bergumul dibenakku. Rasa penasaran itu
didorong karena saya mendapatkan informasi bahwa ada banyak pose bugil yang
terpampang di halaman dan sudut-sudut halaman dan ruang Istana. Saya ingin merekam kembali pengalaman
berdebar itu lewat tulisan pendek ini.
Namun sebelumnya, sejenak mari kita kenang bersama sejumput sejarah
Istana Bogor.
Selintas Sejarah Istana Bogor
Ruang Garuda Istana Bogor |
Istana Bogor pertama kali dirintis oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff pada
tahun 1744. Van Imhoff memilih tempat
itu karena takjub dengan keindahan alamnya sehingga ia berniat membuat sebuah
tempat peristrahatan bagi Gubernur Jendral.
Lokasi Istana Bogor saat itu merupakan sebuah kampung bekas daerah
kekuasaan Kerajaan Padjadjaran dengan view inah Gunung Salak.
Awalnya Istana Bogor merupakan bangunan berlantai tiga yang sketsa
bangunannya digambar langsung oleh Van Imhoff.
Didalam membuat gambar Istana Bogor, Van Imhoff sangat dipengaruhi oleh
gaya Kastil Blehheim (Blehheim
Palace) milik seorang Duke di Oxford, Inggris. Nama lain Istana Bogor adalah Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti tanpa kekhawatiran dalam artian karena keindahan alamnya
tempat tersebut memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi yang mendiaminya. Nama ini pula yang kemudian dilekatkan pada
penamaan lain kota Bogor.
Ilustrasi Istana Bogor sebelum gempa |
View indah pemandangan justru memporak-porandakan kemegahan istana
tiga lantai itu. Pada 10 Oktober 1834 terjadi gempa vulkanik akibat meletusnya
gunung Salak dan merubuhkan tembok-tembok istana. Nanti 16 tahun kemudian (1850) oleh Gubernur
Jendral Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) membangun kembali Istana
Buitenzorg namun hanya satu lantai saja. Secara resmi Istana Buitenzorg mulai
dijadikan rumah jabatan Gubernur Jendral Belanda sejak tahun 1870.
Ilustrasi Istana Bogor setelah gempa |
Dimasa pendudukan Jepang, Belanda terpaksa menyerahkan Istana
Buitenzorg kepada Jendral Imamura. Tidak
ada perubahan yang signifikan selama masa kekuasaan Jepang karena masanya yang
singkat di Indonesia. Pasca
kemerdekaan, oleh Presiden Soekarno menjadikan Istana Buitenzorg sebagai salah satu istana resmi kepresidenan
pada tahun 1950. Oleh Soeharto membuka
akses Istana Bogor untuk dapat dikunjungi oleh publik pada tahun 1968.
Apa yang ada dalam Istana Bogor sekarang tidak terlepas dari sosok
Presiden Soekarno. Soekarno menempati
Istana Bogor sampai lengser dari jabatannya.
Di Istana Bogor Soekarno pernah menerima tamu tokoh dunia seperti Ho Chi Minh, Norodom Sihanouk, Akihito dan Michiko. Ada banyak koleksi karya seni dunia di Istana
Bogor semasa Soekarno baik itu hadiah dari negara lain ataupun karya para
maestro dunia.
Ruang baca Presiden RI di Istana Bogor |
Sejak resmi dijadikan Istana Kepresidenan, Istana Bogor telah
berkali-kali menjadi tempat diadakannya event internasional dan dikunjungi oleh
berbagai tokoh dunia. Event yang cukup
terkenal antara lain adalah pertemuan APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation)
tahun 1994. Tak hanya itu, cerita
misterius tentang SUPERSEMAR (Surat
Perintah Sebelas Maret) juga bermula di Istana ini.
Di depan Istana Bogor berdiri sebuah hotel yang didirikan pada
abad 19. Hotel ini oleh Belanda
didirikan untuk tempat menginap tamu-tamu istana jika istana telah melibihi
daya tampungnya. Hotel itu oleh Belanda
diberi nama Binnenhof Hotel atau Bellevue Hotel, namun pemerintah Indonesia
menggantinya dengan nama Hotel Salak The Heritage, mengambil nama dari Gunung
tertinggi di Bogor yakni Gunung Salak.
Istana Bogor juga awalnya menyatu dengan Kebun Raya Bogor namun
kemudian kawasannya dipisahkan karena kebutuhan ilmu pengetahun yang ingin
menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai hutan Riset.
Penasaran Yang Terjawab
Menjelang memasuki pintu gerbang istana kami berbaris rapi
diantara ribuan pengunjung lainnya.
Setiap orang harus melewati pemeriksaan dan metal detektor. Rupa-rupanya keprotokoleran istana negara
yang bekerja disini. Tas dan kamera tak
boleh dibawa serta. Sahabat saya Ari selaku ketua rombongan telah mengingatkan
itu.
“Ponsel bisa dibawa serta
makanya siapkan ponsel dengan kamera resolusi tinggi untuk mengabadikan
pengalaman ini” kata Ari. Kebatulan
kawan Ari memiliki ponsel seperti itu dan dari jepretan ponselnya moment bisa
diabadikan.
Saat memasuki halaman Istana, diriku dipenuhi oleh decak
kagum. Berbagai pohon-pohon tua yang
tinggi seperti beringin berjejer teratur
disisi kanan kiri jalan menuju Istana.
Pohon-pohon itu menjadi pengarah bagi yang hendak memasuki Istana. Meski telah berumur ratusan tahun pohon-pohon
itu tetap kekar menyangga halaman istana yang luas hingga menciptakan iklim
mikro yang sejuk. Rambut-rambut akar
dari cabang beringin menjuntai hampir menyentuh tanah menambah kesan tua
pohon-pohon itu.
Namun ada yang kurang di halaman istana pada hari ini. Tak tampak kawanan rusa yang biasanya
merumput di halaman istana. Ada ratusan
populasi rusa tutul yang hidup di
halaman istana. Rusa-rusa itu dulunya
didatangkan langsung dari Nepal yang telah berkembang biak hingga
sekarang. Namun hari ini, rusa-rusa itu
dikandangkan agar tidak terusik oleh pengunjung hingga ribuan orang. Di hari biasa kita akan dapat melihat kawanan
rusa tutul dari luar halaman. Bahkan banyak warga sengaja membangun
keakraban dengan memberi makan wortel atau kangkung.
Istana Bogor yang tampak megah. |
Dari kejauhan, bangunan istana memang tampak megah. Warna putih polos temboknya memberi kesan mewah tersendiri. Dibagian depan atas istana bertengger simbol
Burung Garuda sebagai tanda bahwa kawasan ini di bawah kendali langsung
negara. Lanskap yang rata ditumbuhi
rerumputan hijau terawat menambah kesan kemegahan istana. Bangunan Istana Bogor tampak berdiri angkuh
menantang sejarah. Kesan Eropa juga begitu terasa.
Saya tersentak begitu mataku kemudian terperanjab oleh pose bugil
dibeberapa sudut halaman dan ruang istana.
Patung-patung itu tak hanya bergiri tegak namun terasa lebih hidup
karena dengan berbagai gaya yang menonjolkan lekuk-lekuk tubuh tertentu. Melalui patung itu, sang maestro ingin
menunjukkan bahwa manusia itu adalah seni, manusia adalah puncak penciptaan dan
karya terindah dari Sang Pencipta. Tapi
anehnya patung-patung itu semua mencirikan dan menonjolkan lekuk tubuh
perempuan. Nampaknya patung itu sudah
bercampur dengan imajinasi sang maestro.
Tak hanya patung, ada banyak karya seni maestro dunia dalam Istana
Bogor seperti lukisan, keramik, karpet dan lainnya. Para maestro itu antara lain pelukis Basuki
Abdullah, pelukis Rusia Makowski dan Ernest Dezentjé. Ada banyak keramik indah dari Rusia hadiah Perdana
Menteri Khrushchev, tengkorak harimau berlapis perak hadiah dari Perdana
Menteri Thailand Thanom Kittikachorn.
Patung “Tangan Tuhan” dari swedia, sosok Hercules yang terbuat dari
perunggu yang dibuat oleh pemahat Polandia, patung Pegassus ratusan tahun buah tangan seorang
Swedia dan masih banyak lagi.
Saya menangkap kesan bangunan ini bukan sekedar Istana Negara
namun sebuah museum sejarah yang sedang menceritakan waktu. Melalui suasana istana dan karya-karya seni
di dalamnya, Soekarno ingin bercerita tentang sisi lain dari dirinya dan
bagaimana manusia menyejarah. Hal menarik lagi, di sayap kanan Istana ada
sebuah patung proletar yang sedang duduk jongkok dengan guritan wajah
tertindas. Patung itu adalah sosok
petani Marhaens yang menginspirasi Soekarno merumuskan ajaran Sosialisme
Marhaenisme di Indonesia.
Ditengah-tengah kekagumanku, sahabat saya Pak Ali dengan setengah
berbisik berucap “dalam istana ini kita menangkap kesan berbeda tentang pribadi Soekarno seperti
yang dikisahkan dalam buku-buku”
“betul, saya menangkap imajinasi liar
Soekarno disini” jawabku.
Saya tidak bisa
bercerita lebih jauh mengenai perasaanku tentang Istana Bogor. Biarlah gambar-gambar ini mewakilinya.
Bergaya di depan Istana Bogor |
Kawanan rusa tutul di halaman istana. Induk mereka didatangkan langsung dari Nepal |
Bersama kawan Made (duduk) dan Ari di depan patung raksasa Gupala. |
Di salah satu patung pose bugil di Istana Bogor |
Disebelah patung Petani Marhaens yang lagi jongkok |
Didepan Gedung serba guna. tampak tertulis Anno (tahun) 1908. |
Patung Hand of god |
Patung Hercules |
Si Denok yang bahenol dan terkenal itu. |
Patung Pegassus. |
0 komentar:
Posting Komentar