Entri Populer

Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

29 Juni, 2013

LAGI-LAGI PLAGIARISME

Ilustrasi
(sumber: klik)
 Beberapa waktu yang lalu saya membaca blog seorang teman, Yusran Darmawan namanya.  Lewat tulisannya di blog pribadinya, Yusran berkeluh kesah sekaligus mengecam atas tindakan seseorang yang telah menyitir tulisan dan gagasannya dari blog pribadinya tersebut.  Tak berhenti disitu, hasil sitiran itu lalu disusunnya menjadi sebuah buku tanpa meminta izin dan menyebutkan sumber. Yusran, saya dan saya yakin anda semua sepakat menyebutkan tindakan itu adalah plagiarisme.  Kejahatan tertinggi dalam dunia akademik.

Siang tadi, saat saya berada di Perpustakaan IPB seorang teman juga berkeluh-kesah dan kesal tentang, yang menurut saya kasusnya hampir sama dengan yang dialami oleh kawan Yusran.  Hanya bedanya, kawan saya yang satu ini mengenal baik dan terbilang cukup akrab dengan orang yang menurutnya ia dikhianati secara intelektual.  Baiklah, sepintas saya ingin mengisahkannya yang saya riwayatkan langsung dari kawan saya itu.

Kawan saya itu namanya Arman.  Arman adalah senior saya sewaktu menempuh kuliah S1 di Pertanian UNHAS.  Saat ini, Arman tengah menyelesaikan desertasi doktornya di Program Studi Perencanaan Wilayah Desa (PWD) di IPB.  Beberapa waktu lalu ia bersepakat dengan seorang temannya yang saat itu sebagai salah satu dosen di Universitas Negeri di Jakarta.

Kesepakatan mereka adalah akan mengirimkan sebuah tulisan hasil penelitian ke Jurnal Internasional dengan nama mereka berdua.  Dalam kesepakatan itu Arman menjadi penulis pertama karena yang melakukan penelitian, menganalisis dan menyusun tulisan jurnalnya adalah Arman.  Sedangkan teman Arman itu sebagai penulis kedua, bertugas untuk menerjemahkannya kedalam bahasa inggris dan mengrimkannya ke pengelola jurnal internasional tersebut. Intinya, menurut Arman itu adalah hasil dari buah pikirnya.
Sampul Jurnal Internasional dimuatnya hasil
penelitian Arman
Sesuai yang dikisahkan Arman kepada saya, penelitian itu ia lakukan langsung pada tahun 2010 di Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan selatan.  Penelitian itu Ia lakukan bersamaan saat sedang mengikuti kegiatan Enviromental Base Line Study di Kabupaten Banjar. Menurut Arman, basis datanya sebetulnya data BPS yang kemudian ia analisis lebih lanjut hingga berbentuk jurnal.  Sumber data pun ia sebutkan.

Singkat cerita, akhirnya tulisan tersebut berhasil terbit  di jurnal internasional.  Namun, yang membuat Arman kesal ternyata Arman bukan  jadi penulis pertama melainkan temannya tersebut.  Yang lebih mengesalkan Arman lagi adalah ia menjadi penulis ketiga.  Tiba-tiba saja ada sosok penulis kedua yang Arman sendiri tidak tahu siapa penulis kedua tersebut

saya merasa dikhianati secara intelektual.  Saya tidak mengenal siapa penulis kedua itu.  Setelah Jurnal itu diterbitkan saya hanya dijadikan penulis ketiga.  Saya sudah meng-SMS orang itu tapi tidak direspon.  Setelah Jurnal itu terbit, orang itu sekarang menjabat sebagai Wakil Dekan di Fakultasnya.  Point penulis pertama pada Jurnal Internasional 60, Min”, demikain kurang lebih kata Arman kepada saya.

Plagiarisme adalah bentuk kejahatan yang tertinggi di dunia akademik.  Plagiarisme merupakan tindakan pembajakan atas hak-hak intelektual orang lain tanpa memperdulikan dan mengabaikan bagaimana gagasan itu lahir dari orang lain tersebut.  Gasasan yang lahir dari proses penjelajahan realitas semesta dan proses perenungan yang dalam atas rahasia kebenaran dibalik semesta. 

Sang Plagiator tidak memperdulikan bahwa Sang Pemilik hak intelektual, saat melakukan perenungan tidak sekedar menghasilkan sebuah bahan bacaan yang bagus, namun ia sedang berupaya meningkatkan kualitas kemanusiannya dan kualitas kemanusiaan orang lain melalui hasil perenungan yang ia tuliskan.  Artinya, Sang Plagiator secara sadar mengabaikan semua proses-proses kemanusiaan itu.

Lalu,bagaimana menurut Anda, apakah kasus Arman juga merupakan kejahatan kademik itu..??


Bogor, 28 Juni 2013
Pukul 23.00 WIB

24 Juni, 2013

RATAPAN KERINDUAN


Ilustrasi


Pagi ini saya agak tergesa-gesa. Begitu melihat waktu, matahari telah sempurna menampakkan diri.  Semuapun seolah bergerak refleks. Menanggalkan baju dan celana, maraih handuk yang terkait digantungan, masuk ke kamar mandi, membasahi sekujur tubuh dengan air lalu rambut dan tubuh dipenuhi busa, dibilas kembali.  Sikat gigi ditaburi pasta, digosok ke gigi lalu berkumur. Meraih kembali handuk dan keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar ke pinggang.  Sreeeett…,Semua berjalan dalam sekejab seolah dalam hitungan detik.  Pagi ini saya sungguh tergesa-gesa.  Terlambat bangun karena baru tertidur seusai bang subuh.

Semalam suntuk saya harus menahan ngantuk.  Menyelesaikan bab awal draft penelitian untuk didiskusikan ke pembimbing.  Draft ini menguras hampir semua energi berpikir saya.  Betapa tidak, kesan yang saya tangkap setelah bertemu dua kali, pembimbing saya sangat teliti, terstruktur dan detail mengulas sesuatu.  Dan saya tak ingin dinilai “tidak siap” dan “tidak serius” karena draft yang kuajukan. Sebisa mungkin, Draft kususun terstruktur dan sesingkat mungkin namun cukup proporsional untuk bisa menjelaskan alasan dan tujuan mengapa tema penelitian ini yang saya pilih.

Pagi ini memang saya begitu tergesa-gesa karena didahului oleh matahari yang telah sempurna menampakkan diri.  Namun seperti beberapa pagi sebelumnya, pagi ini saya merasakan sesuatu yang lain.  Sesuatu yang begitu menyesakkan dada. Suatu dorongan untuk memenuhi sebuah panggilan yang terpaksa saya berpura-pura mengabaikannya karena urusan akademik yang tak kunjung selesai.  Panggilan yang juga sekaligus memberi energi, motivasi dan semangat yang begitu besar untuk bergerak dan menapaki jalan masa depan setapak demi setapak.  Panggilan itu adalah panggilan kerinduan untuk pulang.

Kurang lebih setahun saya berada di Bogor menempuh studi pasca sarjana. Sampai ke Bogor karena didorong oleh ambisi dan rasa haus pengetahuan.  Ini memang bukan yang pertama meninggalkan tanah Buton, tanah kelahiran saya.  Sebelumnya, tujuh tahun lebih malang melintang di Makassar menyelesaikan gelar sarjana.  Saking lamanya, Makassar seolah telah menjadi kampung kedua bagi saya.  Sewaktu di Makassar panggilan kerinduan ini tak sekuat seperti sekarang.  Maklum saja, saat itu Tuhan belum memberi saya hadiah terindah sekaligus amanah, ia adalah Amirah.

Pagi ini saya begitu tergesa-gesa dengan rindu yang sangat sesak di dada.  Wajah cantik  Amirah selalu terbayang.  Dengan tatapan manja Ia meminta digendong dan dipeluk.  Dengan tangannya yang mungil ia merangkul dan memeluk erat leher ku.  Rangkulan dan pelukan itu seolah menggambarkan tak ingin kehilangan.  Sesekali ia melempar senyuman ke segala arah.  Seolah Amirah ingin memberitahu kepada dunia “hanya saya yang berkuasa atas ayah”.  Pelukannya kubalas dengan pelukan dan berkali-kali kecupan sayang.  Akh.,kenangan itu semakin mempertegas panggilan kerinduan untuk pulang.

Tunggu Ayah Nak, sebentar lagi Ayah pulang.  Membawa oleh-oleh dan berjuta kasih sayang untuk Amirah”, saya membatin sambil mengurut dada.

Amirah dan Ibunya,beberapa hari sebelum menuju Bogor

IPB Darmaga, di Sela-sela menunggu Pak Baba.
Senin, 24 Juni 2013
Pukul 09.00 WIB.

22 Juni, 2013

MENANTANG WAKTU

 


Dulunya, saya begitu angkuh menantang waktu dan hendak mengangkanginya.  Dengan tangan terkepal, hendak ku hancurkan setiap gumpalan detik, menit, jam, hari bahkan tahun dan abad.  Ambisi itu perlahan kendur saat ku mulai terkulai mengejar matahari.  Apa lagi banyak onak dan duri yang seolah tumbuh subur di tengah lintasan sejarah.  Ia ikut mewarnai dengan noktah merah darah setiap liku hidup.

Di ujung renungan, tepat sedang termenung di beranda waktu “apa yang hendak manusia dibuktikan dalam sejarah” saya membatin.  Tiba-tiba mata hatiku melihat Plato sedang mengajar dengan kitab Republik di tangan kanannya, Picasso dengan lukisan-lukisan abstraknya, Imam Gazali terpampang dimana-mana melalui Ihya Ulumuddin.  Tapi satu yang paling bercahaya sang manusia pilihan utusan Tuhan sedang mengajarkan isi kitab kebenaran. Lewan lisannya, wahyu dan hadist yang diwahyukan tersampaikan.

Tiba-tiba saya tersentak oleh suatu momentum kesadaran.

Kita harus berbuat, kita harus menghasilkan sesuatu”.  Diriku membatin lagi.

Hasil perbuatan itu adalah karya.  Bukan hanya untuk diri kita tapi untuk orang-orang yang kita cintai, orang-orang di sekeliling kita bahkan semua orang yang berpijak di bumi.

Plato, Picasso, Imam Gazali dan orang-orang besar lainnya bahkan nabi sekalipun adalah yang hidup dengan karya.  Dengan karya mereka hidup melampaui zamannya. Mereka hadir disetiap lembaran sejarah, mereka selalu dikenang dan mereka selalu didoakan.  Rupa-rupanya kita harus berdampingan dan berdamai dengan waktu dan berkarya adalah satu-satunya jalan untuk itu.

Karya adalah gumpalan gagasan yang memateri. Waktu menyediakan setiap lipatan dan celahnya bagi kita agar karya bisa kita letakkan disana.  Waktu yang akan bercerita ke masa depan bagaimana kita menyejarah melalui karya-karya itu.

Saya lalu tertunduk malu pada sang waktu karena ratusan lipatan dan celah belum ku isi dengan karya.

Darmaga, Bogor,
 diselang pergantian waktu malam
Sabtu, 22 Juni 2013
Pukul 00.30 WIB

POSE BUGIL DI ISTANA BOGOR


Dikisahkan di:
Bogor, 19 Juni 2013
Pukul 19.00 WIB

Hari ini saya begitu senang. Rasa penasaran dan jantung yang berdebar-debar sejak beberapa hari yang lalu terjawab sudah.  Hari ini bersama kawan-kawan PSL Pasca IPB berkunjung ke Istana Bogor.  Istana Bogor adalah salah satu dari enam istana keperesiden RI.  Istana ini terbuka untuk umum dikunjungi setahun sekali saat ulang tahun Bogor tanggal 3 Juni. Itupun harus daftar beberapa hari sebelumnya secara rombongan.  Bisa pula berkunjung pada hari-hari lain tapi urusannya tentu jauh lebih ribet karena harus melewati prosedur keprotokoleran presiden RI.

Kesempatan bagi masyarakatuntuk berkunjung ke Istana Bogor merupakan rangkaian peringatan ulang tahun Kota Bogor.  Peringatan ulang tahun Bogor setiap tanggal 3 Juni.  Pemilihan waktu ulang tahun Kota Bogor tersebut diambil karena tanggal 3 Juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai raja dari Kerajaan Pajajaran.

Beberapa hari sebelum masuk ke Istana Bogor rasa penasaran sudah bergumul dibenakku.  Rasa penasaran itu didorong karena saya mendapatkan informasi bahwa ada banyak pose bugil yang terpampang di halaman dan sudut-sudut halaman dan ruang Istana.  Saya ingin merekam kembali pengalaman berdebar itu lewat tulisan pendek ini.  Namun sebelumnya, sejenak mari kita kenang bersama sejumput sejarah Istana Bogor.

Selintas Sejarah Istana Bogor

Ruang Garuda Istana Bogor
Istana Bogor pertama kali dirintis oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff pada tahun 1744.   Van Imhoff memilih tempat itu karena takjub dengan keindahan alamnya sehingga ia berniat membuat sebuah tempat peristrahatan bagi Gubernur Jendral.  Lokasi Istana Bogor saat itu merupakan sebuah kampung bekas daerah kekuasaan Kerajaan Padjadjaran dengan view inah Gunung Salak. 

Awalnya Istana Bogor merupakan bangunan berlantai tiga yang sketsa bangunannya digambar langsung oleh Van Imhoff.  Didalam membuat gambar Istana Bogor, Van Imhoff sangat dipengaruhi oleh gaya Kastil Blehheim (Blehheim Palace) milik seorang Duke di Oxford, Inggris.  Nama lain Istana Bogor adalah Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti tanpa kekhawatiran dalam artian karena keindahan alamnya tempat tersebut memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi yang mendiaminya.  Nama ini pula yang kemudian dilekatkan pada penamaan lain kota Bogor.

Ilustrasi Istana Bogor sebelum gempa
View indah pemandangan  justru memporak-porandakan kemegahan istana tiga lantai itu. Pada 10 Oktober 1834 terjadi gempa vulkanik akibat meletusnya gunung Salak dan merubuhkan tembok-tembok istana.  Nanti 16 tahun kemudian (1850) oleh Gubernur Jendral Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) membangun kembali  Istana Buitenzorg namun hanya satu lantai saja. Secara resmi Istana Buitenzorg mulai dijadikan rumah jabatan Gubernur Jendral Belanda sejak tahun 1870.

Ilustrasi Istana Bogor setelah gempa
Dimasa pendudukan Jepang, Belanda terpaksa menyerahkan Istana Buitenzorg kepada Jendral Imamura.  Tidak ada perubahan yang signifikan selama masa kekuasaan Jepang karena masanya yang singkat di Indonesia.   Pasca kemerdekaan, oleh Presiden Soekarno menjadikan Istana Buitenzorg  sebagai salah satu istana resmi kepresidenan pada tahun 1950.  Oleh Soeharto membuka akses Istana Bogor untuk dapat dikunjungi oleh publik pada tahun 1968.

Apa yang ada dalam Istana Bogor sekarang tidak terlepas dari sosok Presiden Soekarno.  Soekarno menempati Istana Bogor sampai lengser dari jabatannya.  Di Istana Bogor Soekarno pernah menerima tamu tokoh dunia seperti   Ho Chi Minh, Norodom Sihanouk, Akihito dan Michiko.  Ada banyak koleksi karya seni dunia di Istana Bogor semasa Soekarno baik itu hadiah dari negara lain ataupun karya para maestro dunia.

Ruang baca Presiden RI di Istana Bogor
Sejak resmi dijadikan Istana Kepresidenan, Istana Bogor telah berkali-kali menjadi tempat diadakannya event internasional dan dikunjungi oleh berbagai tokoh dunia.  Event yang cukup terkenal antara lain adalah pertemuan APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation) tahun 1994.  Tak hanya itu, cerita misterius  tentang SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret) juga bermula di Istana ini.

Di depan Istana Bogor berdiri sebuah hotel yang didirikan pada abad 19.  Hotel ini oleh Belanda didirikan untuk tempat menginap tamu-tamu istana jika istana telah melibihi daya tampungnya.  Hotel itu oleh Belanda diberi nama Binnenhof Hotel atau Bellevue Hotel, namun pemerintah Indonesia menggantinya dengan nama Hotel Salak The Heritage, mengambil nama dari Gunung tertinggi di Bogor yakni Gunung  Salak.

Istana Bogor juga awalnya menyatu dengan Kebun Raya Bogor namun kemudian kawasannya dipisahkan karena kebutuhan ilmu pengetahun yang ingin menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai hutan Riset.

Penasaran Yang Terjawab

Menjelang memasuki pintu gerbang istana kami berbaris rapi diantara ribuan pengunjung lainnya.  Setiap orang harus melewati pemeriksaan dan metal detektor.  Rupa-rupanya keprotokoleran istana negara yang bekerja disini.  Tas dan kamera tak boleh dibawa serta. Sahabat saya Ari selaku ketua rombongan telah mengingatkan itu. 

Ponsel bisa dibawa serta makanya siapkan ponsel dengan kamera resolusi tinggi untuk mengabadikan pengalaman ini” kata Ari.  Kebatulan kawan Ari memiliki ponsel seperti itu dan dari jepretan ponselnya moment bisa diabadikan.

Saat memasuki halaman Istana, diriku dipenuhi oleh decak kagum.  Berbagai pohon-pohon tua yang tinggi seperti beringin berjejer  teratur disisi kanan kiri jalan menuju Istana.  Pohon-pohon itu menjadi pengarah bagi yang hendak memasuki Istana.  Meski telah berumur ratusan tahun pohon-pohon itu tetap kekar menyangga halaman istana yang luas hingga menciptakan iklim mikro yang sejuk.  Rambut-rambut akar dari cabang beringin menjuntai hampir menyentuh tanah menambah kesan tua pohon-pohon itu.

Namun ada yang kurang di halaman istana pada hari ini.  Tak tampak kawanan rusa yang biasanya merumput di halaman istana.  Ada ratusan populasi  rusa tutul yang hidup di halaman istana.  Rusa-rusa itu dulunya didatangkan langsung dari Nepal yang telah berkembang biak hingga sekarang.  Namun hari ini, rusa-rusa itu dikandangkan agar tidak terusik oleh pengunjung hingga ribuan orang.  Di hari biasa kita akan dapat melihat kawanan rusa  tutul dari luar halaman.  Bahkan banyak warga sengaja membangun keakraban dengan memberi makan wortel atau kangkung.

Istana Bogor yang tampak megah.
Dari kejauhan, bangunan istana memang tampak megah.  Warna putih polos temboknya memberi  kesan mewah tersendiri.  Dibagian depan atas istana bertengger simbol Burung Garuda sebagai tanda bahwa kawasan ini di bawah kendali langsung negara.  Lanskap yang rata ditumbuhi rerumputan hijau terawat menambah kesan kemegahan istana.    Bangunan Istana Bogor tampak berdiri angkuh menantang sejarah. Kesan Eropa juga begitu terasa.

Saya tersentak begitu mataku kemudian terperanjab oleh pose bugil dibeberapa sudut halaman dan ruang istana.  Patung-patung itu tak hanya bergiri tegak namun terasa lebih hidup karena dengan berbagai gaya yang menonjolkan lekuk-lekuk tubuh tertentu.  Melalui patung itu, sang maestro ingin menunjukkan bahwa manusia itu adalah seni, manusia adalah puncak penciptaan dan karya terindah dari  Sang Pencipta. Tapi anehnya patung-patung itu semua mencirikan dan menonjolkan lekuk tubuh perempuan.  Nampaknya patung itu sudah bercampur dengan imajinasi sang maestro.

Tak hanya patung, ada banyak karya seni maestro dunia dalam Istana Bogor seperti lukisan, keramik, karpet dan lainnya.  Para maestro itu antara lain pelukis Basuki Abdullah, pelukis Rusia Makowski dan Ernest Dezentjé.  Ada banyak keramik indah dari Rusia hadiah Perdana Menteri Khrushchev, tengkorak harimau berlapis perak hadiah dari Perdana Menteri Thailand Thanom Kittikachorn.  Patung “Tangan Tuhan” dari swedia, sosok Hercules yang terbuat dari perunggu yang dibuat oleh pemahat Polandia, patung  Pegassus ratusan tahun buah tangan seorang Swedia dan masih banyak lagi.

Saya menangkap kesan bangunan ini bukan sekedar Istana Negara namun sebuah museum sejarah yang sedang menceritakan waktu.  Melalui suasana istana dan karya-karya seni di dalamnya, Soekarno ingin bercerita tentang sisi lain dari dirinya dan bagaimana manusia menyejarah. Hal menarik lagi, di sayap kanan Istana ada sebuah patung proletar yang sedang duduk jongkok dengan guritan wajah tertindas.  Patung itu adalah sosok petani Marhaens yang menginspirasi Soekarno merumuskan ajaran Sosialisme Marhaenisme di Indonesia.

Ditengah-tengah kekagumanku, sahabat saya Pak Ali dengan setengah berbisik berucap  dalam istana ini kita menangkap kesan berbeda tentang pribadi Soekarno seperti yang dikisahkan dalam buku-buku

betul, saya menangkap imajinasi liar Soekarno disini” jawabku.

Saya tidak bisa bercerita lebih jauh mengenai perasaanku tentang Istana Bogor.  Biarlah gambar-gambar ini mewakilinya.

Bergaya di depan Istana Bogor
Kawanan rusa tutul di halaman istana. Induk mereka didatangkan langsung dari Nepal


Bersama kawan Made (duduk) dan Ari di depan patung raksasa Gupala.
Di salah satu patung pose bugil di Istana Bogor
Disebelah patung Petani Marhaens yang lagi jongkok

Didepan Gedung serba guna. tampak tertulis Anno (tahun) 1908.
Patung Hand of god
Patung Hercules
Si Denok yang bahenol dan terkenal itu.
Patung Pegassus.