Entri Populer

Pages

23 April, 2015

SENJA KEMBALI DATANG

Foto: Muhammad MF



Senja kembali datang.  Mataharipun kembali sembunyi dibalik kegelapan sembari menabur kerinduan melalui cahayanya yang merah temaram.  Kerinduan yang menjanjikan sejuta harapan bersama tetes embun pagi esok pagi.  Sungguh, senja ini seolah mewakili kerinduanku yang selalu semakin pekat terasa dari sebelumnya.

Senja kembali datang.  Untuk 12.151 kalinya saya menemui senja selama hidupku. Senja kali ini saya sedang berada di teras rumah kontrakan dikompleks yang sesak.  Sesesak dada ini yang pekat oleh kerinduan.  Sesekali saya mengurutnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Biasanya, kita akan semakin meresapi makna sesuatu setelah kita kehilangannya.  Kita akan lebih meresapi betapa berharganya kebersamaan setelah hadirnya perpisahan.  Ini yang tengah saya hadapi sekarang.  Berpisah jauh dari keluarga dan orang-orang terkasih.

Sepintas, saya merasa sedang berada diajungan waktu yang terus bergulir.  Lalu tiba-tiba terhempas kembali ke masa lalu melalui jendela kenangan.  Bayangan kebersamaan itu hadir kembali.  Kebersamaan yang penuh canda dan tawa, ciuman dan pelukan juga sedih dan tangis bergumul jadi satu.  Saya kembali mengurut dada.,

“ah.,saya sedang merindu”  Bisikku dalam hati.

Dalam situasi seperti ini biasanya kita menemukan makna baru.  Makna baru yang memberikan  jawaban atas kehidupan yang tengah kita jalani kendati kita mungkin belum sempat mempertanyakannya.  Mungkin beginilah salah satu cara Tuhan membisikkan kita petunjuk.  Petunjuk-Nya hadir dalam situasi kita terhempas agar lebih tersimpan dalam benak kita.

Mungkin jarang orang menyadari bahwa kehidupan ini berputar dengan pola yang berulang. Matahari yang tenggelam disenja hari ini adalah matahari yang juga terbit esok hari. Jika matahari senja mengumpulkan segala kerinduan maka pagi menjanjikan segala harapan. Demikian seterusnya

Tapi bukankah kerinduan dan harapan adalah cinta. Lantas apa hubungannya dengan dengan kehidupan..?

Hidup dan cinta adalah bagai dua sisi mata uang.  Keduanya adalah ruang dan waktu.  Jika hidup adalah lintasannya maka cinta adalah pelarinya.  Jika hidup adalah wadahnya maka cinta adalah isinya.  Jika hidup adalah jasadnya maka cinta adalah ruhnya. Jika kehidupan tanpa cinta maka ia tak punya makna,demikian pula sebaliknya.  Hidup dan cinta bermetamorfosis untuk saling mengisi dan memberi makna.  Menjalani hidup maka berarti sedang meresapi hadirnya cinta.

Artinya, cinta tidak abadi dong karena kehidupan akan berakhir oleh kematian.

Hidup memang adalah menunggu kematian tapi kematian bukanlah akhir dari segala kehidupan.  Kematian hanyalah salah satu etape dalam proses transformasi.  Kematian menjadi pintu masuk untuk mengawali kehidupan yang baru. Sama halnya kelahiran, kematian merupakan ekspresi  yang paling konkrit dari kemenyatuan kerinduan dan harapan.  Jadi, tak ada alasan yang logis untuk menakuti hadirnya kematian.




Bogor, 22 April 2015
Senja di Bogor ditengah penatnya menuntaskan tesis..,


0 komentar:

Posting Komentar