Ilustrasi |
Hari ini saya betul-betul tersontak kaget. Membaca pesan belasungkawa seorang sahabat
kepada seorang perempuan muda di wall facebook.
Pesannya kurang lebih seperti ini:
Innalillahi.
Saya baru tahu kabar ini. Serasa baru kemarin saya chatting denganmu yang
selalu merindukan dan menanyakan kabar Ara. Semoga Tuhan selalu melapangkan
jalan untukmu di alam sana. (Yusran, Dwiagustriani,
Ara).
Awalnya saya kurang yakin, ternyata pesan ini
ditujukan pada seorang perempuan muda yang telah almarhumah ke wall facebooknya.
Saya terus menelusuri wall facebook perempuan muda itu. Saya semakin yakin setelah membaca banyak
pesan belasungkawa. Ya, perempuan itu telah mati muda.
Tak banyak informasi yang saya dapatkan
tentang sebab kematiannya. Sahabat Yusran hanya membeberkan kepada saya ia
meninggal karena geger otak setelah tertabrak mobil tanggal 22 September yang
lalu. Saya baru mengetahuinya hari ini
melalui facebook beberapa hari setelah ia meninggal.
Nama akun facebooknya Reni Azis namun saya
akrab menyapanya Reni. Saya baru
mengenalnya beberapa bulan yang lalu setelah ia mengirimkan pesan inbox. Rupa-rupanya ia ingin menjalin komunikasi
pada semua alumni Unhas karena ia juga alumni Unhas. Setelah selesai kuliah di Unhas, kembali ke
kampung halamannya di Kolaka lalu bekerja di PT Antam.
Semasa saya mengenal dia, ia lebih sering
menanyakan senior sejurusannya yang juga sahabat saya Yusran Darmawan. Ia pula menceritakan tentang keluarganya. Menceritakan
kesedihan dan kerinduannya kepada ayahnya yang telah meninggal. Saya menangkap kesan kesedihan itu masih ia
rasakan begitu sangat. Sosok yang selama ini mengayomi dan melindungi. Namun ia tetap untuk menjadi kuat. Terlebih
lagi ia adalah anak pertama yang hendak memberi keteladanan pada adik-adiknya.
Rupa-rupanya kerinduannya pada ayahnya
terjawab oleh Tuhan dengan menyusul ayahnya dengan cara yang tragis. Ia meninggal setelah tertabrak mobil dalam
sebuah kecelakaan.
Setelah mendengar berita duka ini, saya lalu
terdiam dalam suasana batin yang pekat merenungi kematian. Sungguh kematian
adalah misteri yang lebih jelas untuk diresapi ketimbang diungkapkan dengan
kata-kata.
Bagi para sufi, kematian adalah bahasa
kerinduan. Sesuatu yang amat dinanti
untuk bertemu pada wajah Sang Kekasih. Bagi
para sufi, kematian bukanlah hal yang menakutkan melainkan awal untuk
kebahagiaan yang abadi. Kematian hanyalah selaput tipis yang membatasi dua
kehidupan. Jadi tak ada alasan untuk takut pada kematian.
Saya teringat pada syair lagu Bimbo:
Pesan
Nabi jagan takut mati
Walau kau
sembunyi dia kan hampiri
Tetapi takutlah
pada kehidupan setelah kau mati
Pesan
Nabi jagan takut mati
Walau kau
sembunyi dia kan hampiri
Tetapi janganlah kau berbuat
menyebabkan mati
Selamat jalan sahabatku Reni Azis, semoga Yang Maha Pengasih memberi
engkau tempat terbaik disisi-Nya, mendampingi ayahmu yang telah mendahuluimu. Amin..,
Mari kawan, kirimkan Alfatihah untuknya..,Bismillahirrahmanirrahim...
Bogor, 26 September 2013.
Pukul 15.15 WIB
0 komentar:
Posting Komentar