Entri Populer

Pages

09 September, 2013

MISS WORLD DAN KUASA ATAS PENGETAHUAN

 
Sumber gambar: Tempo.co

Malam ini, tentu bukan hanya saya yang begitu terpukau menyaksikan acara open ceremony Miss World 2013.  Batin saya begitu berdecak kagum saat putri-putri cantik dari berbagai belahan dunia itu tampil dengan gaun menawan menuruni anak tangga panggung.  Keanggunan mereka semakin kian terasa kala lampu menyorot mereka hingga tampak berkilau berpancar butir-butir cahaya.  Terasa lebih dramatis karena kehadiran putri-putri itu dihantar oleh latar musik dan tari bali yang mistis dan kolosal itu. Putri-putri itu bak bidadari yang baru saja turun dari kahyangan, bermilyar mata dunia malam ini serentak tertuju pada mereka dengan kekaguman yang membatin. Master of Ceremony spontan celetuk “they are treasure of their country”.

Tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah dari event tahun bagi putri-putri cantik untuk memilih Miss World.  Event ini diikuti oleh 130 negara rencananya akan digelar selama 20 hari dan acara puncaknya pada tanggal 28 September 2013.  Pada malam puncak itu akan dilakukan pemilihan sekaligus penobatan Miss World 2013. Indonesia diwakili oleh Miss Indonesia Vania Larissa pada ajang bergengsi kali ini.
 
Vania Larissa (Foto: Feri/okezone)
Selama proses persiapan event ini, seperti tahun-tahun sebelumnya event Miss World menjadi discourse yang selalu hangat di tanah air. Betapa tidak, discourse itu lahir karena didorong oleh cara pandang yang berbeda.  Sebagian melihat dari sudut pandang agama.  Dari sudut pandang ini, ajang tahunan pemilihan Miss World ini tidak sesuai dengan norma agama khususnya agama Islam.  Para putri itu cenderung mempertontonkan aurat  dengan lekuk tubuh seksi yang dibalut oleh kostum yang serba minim.  Tentu, kita akan merasakan hal yang berbeda dengan misi event ini saat putri-putri cantik itu berbusana seperti itu.  Inilah yang menjadi salah satu alasan negara-negara arab tidak mengikuti ajang ini.


Ada pula yang melihat ajang Miss World dari sudut pandang budaya.  Atas nama budaya bangsa, mereka melihat ajang Miss World cenderung bertentangan dan mengancam karakter budaya bangsa.  Terlebih lagi, ada sesi dimana putri-putri itu hanya mengenakan bikini.  Tujuannya adalah untuk mempertontonkan kemolekan fisik ketimbang yang lain.  Kita tidak akan menemukan putri yang kurang cantik pada ajang ini. Namun ada yang menarik dari event tahun ini.  Sesi bikini ditiadakan dan diganti dengan memakai baju adat seluruh nusantara oleh para putri.  

Namun, saya menemukan ada yang kontradiksi dari sudut pandang budaya ini.  Bila kita hendak bertanya lebih lanjut, mana dari budaya bangsa ini mana yang bertentangan dengan ajang Miss World??. Bila soal busana, bukankah ada banyak dari budaya bangsa ini yang memiliki busana yang lebih terbuka dan transparan.  Perdebatan ini sama peliknya dengan penetapan dan penegakan UU Pornografi dan porno aksi.  Ukuran porno itu menjadi kabur saat kita melihatnya dari kacamata budaya.

Dalam pikiran saya bahwa budaya kita telah lama beralkuturasi dan beradaptasi secara mesra dengan spirit keislaman berbarengan dengan sejarah masuknya Islam sejak ratusan tahun yang lampau. Dalam konteks tertentu, Islam kemudian menjadi standar norma dan etika dari budaya nusantara.  Terlebih lagi, secara kuantitatif penduduk Indonesia adalah mayoritas muslim dan menjadi negara dengan penduduk muslim terbanyak. Pada konteks Indonesia, Islam tak hanya dipandang sebagai fenomena ketauhidan namun juga menjadi fenomena kebudayaan. Mungkin dari kaca mata ini kita lebih mudah menemukan rasionalitas atas penolakan ajang Miss World.

Tetapi tidak sedikit yang secara lantang menyatakan setuju dengan ajang Miss World.  Sehubungan dengan Miss World 2013 tahun ini di Indonesia, setidaknya ada dua alasan utama atas persetujuan mereka.

Pertama, alasan kepentingan nasional.  Dengan jadinya Indonesia sebagai tuan rumah event Miss World, menjadi kesempatan yang langka untuk promosi pariwisata.  Indonesia menunjukkan diri sebagai destinasi wisata kelas dunia yang mesti dikunjungi.  Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang mampu menjawab kebutuhan amaneties wisatawan.  Dari sisi pariwisata, betapa banyak devisa negara yang bisa diraup. Mulai dari maskapai penerbangan, hotel, jasa perjalanan (travel) sampai pada usaha kecil kreatif akan berbenah diri untuk mengahadapi ajang internasional ini. 

Seluruh warga negara dunia akan datang mengunjungi Indonesia.  Mereka tak hanya menyaksikan ajang Miss World tetapi mereka akan melakukan aktivitas konsumsi, terbang ke Indonesia dengan maskapai penerbangan, berbelanja, menginap di hotel-hotel, bepergian dengan jasa transportasi dan perjalanan sampai membeli aneka souvenir buah tangan industri kecil untuk oleh-oleh.

Tak hanya itu, Indonesia hendak menunjukkan diri sebagai bangsa yang besar, bangsa yang inklusif, ramah dan bersahabat serta dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain.  Namun dengan kebesarannya itu, Indonesia ingin pula menunjukkan diri sebagai bangsa yang tidak boleh dipandang sebelah mata oleh dunia.
Kontestan Miss World belajar tari Bali (foto: Julianti/Okezone)
  

Kedua, dari ajang Miss World ingin menemukan sisi terdalam dan mengangkat citra perempuan melalui wakil-wakil putri dari seluruh dunia.  Ini menjadi alasan klasik bagi yang mendukung ajang-ajang seperti ini dengan slogan Brain, Beauty and Behaviour. Ajang ini akan melahirkan para putri yang tak hanya cantik secara fisik namun smart secara pemikiran dan santun dalam bertingkah laku.


KUASA ATAS PENGETAHUAN

Terlepas dari pro-kontra diatas saya ingin melihat event Miss World dari perspektif yang lain.  Dalam kacamata postmodernisme bahwa setiap kata (teks) pasti punya kuasa. Sementara dalam semiotika memandang “kata” sebagai salah satu bentuk tanda (sign).  Roland Barthes sebagai pendiri semiotika, meletakkan semiotik sebagai sesuatu yang lebih luas dari bahasa struktural atau teks.  Bagi Barthes, Semiotik merupakan sistem simbol dan tanda seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, sastra bahkan semua aspek kebudayaan. 
Setiap teks tidak hanya akan melahirkan makna akan konteks, tetapi makna tersebut juga akan membunuh konteks lama dengan melahirkan konteks baru melalui penguasaan pengetahuan makna baru atas teks tadi. Atau dengan kata lain, pengetahuan atas teks tersebut memiliki aspek kekuasaan atas mentalitas yang kemudian mempengaruhi tindakan dan citra sosial.  Inilah yang disebut oleh Michelle Foucault sebagai genealogi pengetahuan. 

Menurut Foucault ada relasi antara kuasa dan pengetahuan dan pengetahuan itu bersifat periferi. Orang akan mengatur diri sendiri dan orang lain melalui produksi pengetahuan.  Dari sini pengetahuan akan menghasilkan kekuasaan dengan mengangkat orang menjadi subjek dan memerintah subjek dengan pengetahuan pula.

Lantas, apa hubungannya antara Miss World dengan kuasa pengetahuan..??

Menggunakan cara pandang ini, saya menaruh curiga terhadap slogan ajang Miss World yaitu Brain, Beauty and behaviour.  Makna Brain mungkin lebih memiliki ukuran yang jelas pada seseorang yakni melekatkan prestasi secara intelektual pada orang tersebut.  Tetapi bagaimana menjelaskan makna Beauty ditengah konteks dan latar budaya yang heterogen.  Serta bagaimana pula orang Beauty (cantik) itu harus ber-Behaviour (berperilaku)..??

Untuk membantu kita menganalisisnya, kita dapat mengajukan pertanyaan siapa-siapakah aktor atau agen yang bermain dibalik ajang Miss World itu?  Jika kita mencermati, acara Open Ceremony Miss world 2013 malam ini, disela-sela acaranya kita menyaksikan berbagai iklan dari merk tertentu.  Sebut saja Terry Palmer adalah merk handuk premium yang memiliki pasaran manca negara.  Hotel-hotel berbintang menggunakan merk handuk ini untuk memberikan pelayanan prima kepada pengunjung hotelnya.

Terry Palmer adalah handuk yang diproduksi oleh perusahaan dalam negeri yakni PT Indah Jaya.  Perusahaan ini berpusat di Tangerang yang didirikan pada tahun 1962 diatas areal 40 ha yang kini memiliki karyawan sekitar 5.000 orang.  Saat ini, perusahaan handuk tersebut dipimpin oleh President Director muda generasi ketiga jebolan salah satu universitas Amerika yakni Wilson Pesik.

Adapula produk kosmetik, media grup MNC seperti RCTI, Global TV, Okezone dan Radio Trijaya. Selain itu perusahaan hotel kenamaan seperti Grand Hyatt, Plaza Indonesia, The Westin Resort Nusa Dua Bali, Taksi Blue Bird dan Radio Hard Rock, yang turut mensponsori penyelenggaraan Miss World 2013.

Lantas siapa aktor-aktor yang mensponsori ajang tersebut?  Tidak lain mereka adalah agen-agen kapitalisme yang hendak meraup keuntungan kapital sebanyak mungkin melalui ajang pemilihan Miss World.  Mereka rela mengeluarkan sejumlah duit dan fasilitas untuk meraup keuntungan yang lebih banyak lagi.

Jika menggunakan perspektif semiotik Barthes dan genealogi pengetahuan Foucault maka kita bisa menduga bahwa tafsiran makna dari teks Beauty dan Behaviour  itu diasosiakan pada pemaknaan yang dibangun oleh perusahaan-perusahaan kapitalist itu.  Pada aspek inilah mereka mencoba membangun kuasa atas pengetahuan makna Beauty dan Behaviour. Mereka memiliki corong media yang terus mengkampanyekan makna-makna itu.
 
Beberapa putri cantik dari berbagai negara (sumber Pikiran Rakyat Online)

Secara tidak sadar, makna Beauty dan Behaviour oleh perempuan Indonesia dimaknai sebagai dampak fisik yang ditimbulkan oleh pemakaian merk yang mensponsori ajang tersebut.  Sebut saja iklan produk kosmetik mampu mencitrakan bahwa perempuan cantik itu adalah yang berkulit putih, langsing dan bertubuh tinggi.  Menggunakan merk-merk tertentu sebagai kebutuhan sehari-hari yang getol dikampanyekan oleh media.  Tindakan dari aspek mentalitas ini yang kemudian lebih lanjut dimaknai sebagai Behaviour dari ajang Miss World.

Ahh.,terlepas dari berbagai rasionalitas itu, saya masih ingin tetap menikmati senyum manis yang merekah dari bibir indah para putri bak bidadari dari kahyangan itu.  Kapan lagi saya bisa menikmati ini secara langsung kalau bukan sekarang.heheheh..,

Diakhir acara, para putri cantik dari berbagai belahan dunia itu berpose bak model diatas cat walk dengan mengenakan pakaian adat seluruh daerah di Indonesia.  Setelah putri-putri itu memperagakan busana adat nusantara, mereka lalu berbaris rapi diatas panggung yang berkemilau cahaya sambil berpegangan tangan.  Saat itu saya melihat miniatur indonesia dari busana yang mereka kenakan.

 Sungguh indonesia adalah negara yang kaya saya membatin.

Tetapi, perasaan itu kemudian bercampur dengan semangat persaudaraan dan perdamaian dunia saat putri-putri cantik itu melantunkan lagu We are the one. Sambil berpegang tangan dengan tak hentinyan melempar senyum ramah yang merekah.  Mungkin inilah pesan yang ingin mereka sampaikan, betapa indahnya dunia ini jika kita semua, melampaui batas-batas negara dan etnis bisa hidup berpegang tangan dalam kebersamaan dan kedamaian.


Seusai menyaksikan Open Ceremony Miss World di Bali
8 September 2013
Pukul 23.00 WIB

2 komentar: