Sumber gambar: Tempo.co |
Malam ini, tentu bukan hanya saya yang begitu terpukau menyaksikan
acara open ceremony Miss World 2013. Batin
saya begitu berdecak kagum saat putri-putri cantik dari berbagai belahan dunia itu
tampil dengan gaun menawan menuruni anak tangga panggung. Keanggunan mereka semakin kian terasa kala
lampu menyorot mereka hingga tampak berkilau berpancar butir-butir cahaya. Terasa lebih dramatis karena kehadiran
putri-putri itu dihantar oleh latar musik dan tari bali yang mistis dan kolosal
itu. Putri-putri itu bak bidadari yang baru saja turun dari kahyangan,
bermilyar mata dunia malam ini serentak tertuju pada mereka dengan kekaguman
yang membatin. Master of Ceremony
spontan celetuk “they are treasure of
their country”.
Tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah dari event tahun bagi
putri-putri cantik untuk memilih Miss World. Event ini diikuti oleh 130 negara rencananya
akan digelar selama 20 hari dan acara puncaknya pada tanggal 28 September
2013. Pada malam puncak itu akan
dilakukan pemilihan sekaligus penobatan Miss World 2013. Indonesia diwakili
oleh Miss Indonesia Vania Larissa pada ajang bergengsi kali ini.
Selama proses persiapan event ini, seperti tahun-tahun sebelumnya
event Miss World menjadi discourse yang
selalu hangat di tanah air. Betapa tidak, discourse
itu lahir karena didorong oleh cara pandang yang berbeda. Sebagian melihat dari sudut pandang
agama. Dari sudut pandang ini, ajang tahunan
pemilihan Miss World ini tidak sesuai
dengan norma agama khususnya agama Islam.
Para putri itu cenderung mempertontonkan aurat dengan lekuk tubuh seksi yang dibalut oleh
kostum yang serba minim. Tentu, kita akan
merasakan hal yang berbeda dengan misi event ini saat putri-putri cantik itu
berbusana seperti itu. Inilah yang menjadi
salah satu alasan negara-negara arab tidak mengikuti ajang ini.
Ada pula yang melihat ajang Miss
World dari sudut pandang budaya. Atas
nama budaya bangsa, mereka melihat ajang Miss
World cenderung bertentangan dan mengancam karakter budaya bangsa. Terlebih lagi, ada sesi dimana putri-putri
itu hanya mengenakan bikini. Tujuannya adalah
untuk mempertontonkan kemolekan fisik ketimbang yang lain. Kita tidak akan menemukan putri yang kurang
cantik pada ajang ini. Namun ada yang menarik dari event tahun ini. Sesi bikini ditiadakan dan diganti dengan
memakai baju adat seluruh nusantara oleh para putri.
Namun, saya menemukan ada yang kontradiksi dari sudut pandang
budaya ini. Bila kita hendak bertanya
lebih lanjut, mana dari budaya bangsa ini mana yang bertentangan dengan ajang
Miss World??. Bila soal busana, bukankah ada banyak dari budaya bangsa ini yang
memiliki busana yang lebih terbuka dan transparan. Perdebatan ini sama peliknya dengan penetapan dan
penegakan UU Pornografi dan porno aksi. Ukuran
porno itu menjadi kabur saat kita
melihatnya dari kacamata budaya.
Dalam pikiran saya bahwa budaya kita telah lama beralkuturasi dan
beradaptasi secara mesra dengan spirit keislaman berbarengan dengan sejarah
masuknya Islam sejak ratusan tahun yang lampau. Dalam konteks tertentu, Islam
kemudian menjadi standar norma dan etika dari budaya nusantara. Terlebih lagi, secara kuantitatif penduduk
Indonesia adalah mayoritas muslim dan menjadi negara dengan penduduk muslim
terbanyak. Pada konteks Indonesia, Islam tak hanya dipandang sebagai fenomena ketauhidan
namun juga menjadi fenomena kebudayaan. Mungkin dari kaca mata ini kita lebih
mudah menemukan rasionalitas atas penolakan ajang Miss World.
Tetapi tidak sedikit yang secara lantang menyatakan setuju dengan
ajang Miss World. Sehubungan dengan Miss World 2013 tahun ini di Indonesia, setidaknya ada dua alasan
utama atas persetujuan mereka.
Pertama, alasan kepentingan nasional.
Dengan jadinya Indonesia sebagai tuan rumah event Miss World, menjadi kesempatan yang langka untuk promosi
pariwisata. Indonesia menunjukkan diri
sebagai destinasi wisata kelas dunia yang mesti dikunjungi. Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya
yang mampu menjawab kebutuhan amaneties
wisatawan. Dari sisi pariwisata, betapa
banyak devisa negara yang bisa diraup. Mulai dari maskapai penerbangan, hotel,
jasa perjalanan (travel) sampai pada usaha kecil kreatif akan berbenah diri
untuk mengahadapi ajang internasional ini.
Seluruh warga negara dunia akan datang mengunjungi Indonesia. Mereka tak hanya menyaksikan ajang Miss World tetapi mereka akan melakukan
aktivitas konsumsi, terbang ke Indonesia dengan maskapai penerbangan,
berbelanja, menginap di hotel-hotel, bepergian dengan jasa transportasi dan
perjalanan sampai membeli aneka souvenir buah tangan industri kecil untuk
oleh-oleh.
Tak hanya itu, Indonesia hendak menunjukkan diri sebagai bangsa
yang besar, bangsa yang inklusif, ramah dan bersahabat serta dapat hidup
berdampingan dengan bangsa lain. Namun dengan
kebesarannya itu, Indonesia ingin pula menunjukkan diri sebagai bangsa yang
tidak boleh dipandang sebelah mata oleh dunia.
Kontestan Miss World belajar tari Bali (foto: Julianti/Okezone) |
Kedua, dari
ajang Miss World ingin menemukan sisi
terdalam dan mengangkat citra perempuan melalui wakil-wakil putri dari seluruh
dunia. Ini menjadi alasan klasik bagi
yang mendukung ajang-ajang seperti ini dengan slogan Brain, Beauty and Behaviour.
Ajang ini akan melahirkan para putri yang tak hanya cantik secara fisik namun
smart secara pemikiran dan santun dalam bertingkah laku.
KUASA ATAS PENGETAHUAN
Terlepas dari pro-kontra diatas saya ingin melihat event Miss World dari perspektif yang lain. Dalam kacamata postmodernisme bahwa setiap kata (teks) pasti punya kuasa. Sementara
dalam semiotika memandang “kata”
sebagai salah satu bentuk tanda (sign). Roland Barthes sebagai pendiri
semiotika, meletakkan semiotik sebagai sesuatu yang lebih luas dari bahasa
struktural atau teks. Bagi Barthes,
Semiotik merupakan sistem simbol dan tanda seperti ekspresi wajah, bahasa
tubuh, sastra bahkan semua aspek kebudayaan.
Setiap teks tidak hanya akan melahirkan makna akan konteks, tetapi
makna tersebut juga akan membunuh konteks lama dengan melahirkan konteks baru
melalui penguasaan pengetahuan makna baru atas teks tadi. Atau dengan kata
lain, pengetahuan atas teks tersebut memiliki aspek kekuasaan atas mentalitas
yang kemudian mempengaruhi tindakan dan citra sosial. Inilah yang disebut oleh Michelle Foucault sebagai
genealogi pengetahuan.
Menurut Foucault ada relasi antara kuasa dan pengetahuan dan
pengetahuan itu bersifat periferi. Orang akan mengatur diri sendiri dan orang
lain melalui produksi pengetahuan. Dari sini
pengetahuan akan menghasilkan kekuasaan dengan mengangkat orang menjadi subjek
dan memerintah subjek dengan pengetahuan pula.
Lantas, apa hubungannya antara Miss World dengan kuasa
pengetahuan..??
Menggunakan cara pandang ini, saya menaruh curiga terhadap slogan
ajang Miss World yaitu Brain,
Beauty and behaviour. Makna Brain
mungkin lebih memiliki ukuran yang jelas pada seseorang yakni melekatkan
prestasi secara intelektual pada orang tersebut. Tetapi bagaimana menjelaskan makna Beauty
ditengah konteks dan latar budaya yang heterogen. Serta bagaimana pula orang Beauty
(cantik) itu harus ber-Behaviour (berperilaku)..??
Untuk membantu kita menganalisisnya, kita dapat mengajukan
pertanyaan siapa-siapakah aktor atau agen yang bermain dibalik ajang Miss World itu? Jika kita mencermati, acara Open Ceremony Miss world 2013 malam ini,
disela-sela acaranya kita menyaksikan berbagai iklan dari merk tertentu. Sebut saja Terry Palmer adalah merk
handuk premium yang memiliki pasaran manca negara. Hotel-hotel berbintang menggunakan merk
handuk ini untuk memberikan pelayanan prima kepada pengunjung hotelnya.
Terry Palmer adalah handuk yang diproduksi oleh perusahaan dalam negeri yakni PT
Indah Jaya. Perusahaan ini berpusat di
Tangerang yang didirikan pada tahun 1962 diatas areal 40 ha yang kini memiliki karyawan
sekitar 5.000 orang. Saat ini,
perusahaan handuk tersebut dipimpin oleh President Director muda generasi
ketiga jebolan salah satu universitas Amerika yakni Wilson Pesik.
Adapula produk kosmetik, media grup MNC seperti RCTI, Global TV,
Okezone dan Radio Trijaya. Selain itu perusahaan hotel kenamaan seperti Grand
Hyatt, Plaza Indonesia, The Westin Resort Nusa Dua Bali, Taksi Blue Bird dan
Radio Hard Rock, yang turut mensponsori penyelenggaraan Miss World 2013.
Lantas siapa aktor-aktor yang mensponsori ajang tersebut? Tidak lain mereka adalah agen-agen
kapitalisme yang hendak meraup keuntungan kapital sebanyak mungkin melalui
ajang pemilihan Miss World. Mereka rela mengeluarkan sejumlah duit dan
fasilitas untuk meraup keuntungan yang lebih banyak lagi.
Jika menggunakan perspektif semiotik Barthes dan genealogi pengetahuan Foucault maka kita bisa menduga bahwa tafsiran makna dari teks Beauty
dan Behaviour
itu diasosiakan pada pemaknaan yang
dibangun oleh perusahaan-perusahaan kapitalist itu. Pada aspek inilah mereka mencoba membangun
kuasa atas pengetahuan makna Beauty dan Behaviour. Mereka memiliki corong media yang
terus mengkampanyekan makna-makna itu.
Beberapa putri cantik dari berbagai negara (sumber Pikiran Rakyat Online) |
Secara tidak sadar, makna Beauty dan Behaviour oleh perempuan
Indonesia dimaknai sebagai dampak fisik yang ditimbulkan oleh pemakaian merk
yang mensponsori ajang tersebut. Sebut saja
iklan produk kosmetik mampu mencitrakan bahwa perempuan cantik itu adalah yang
berkulit putih, langsing dan bertubuh tinggi.
Menggunakan merk-merk tertentu sebagai kebutuhan sehari-hari yang getol
dikampanyekan oleh media. Tindakan dari
aspek mentalitas ini yang kemudian lebih lanjut dimaknai sebagai Behaviour
dari ajang Miss World.
Ahh.,terlepas dari berbagai rasionalitas itu, saya masih ingin
tetap menikmati senyum manis yang merekah dari bibir indah para putri bak
bidadari dari kahyangan itu. Kapan lagi
saya bisa menikmati ini secara langsung kalau bukan sekarang.heheheh..,
Diakhir acara, para putri cantik dari berbagai belahan dunia itu
berpose bak model diatas cat walk
dengan mengenakan pakaian adat seluruh daerah di Indonesia. Setelah putri-putri itu memperagakan busana
adat nusantara, mereka lalu berbaris rapi diatas panggung yang berkemilau
cahaya sambil berpegangan tangan. Saat itu
saya melihat miniatur indonesia dari busana yang mereka kenakan.
“Sungguh indonesia adalah negara yang kaya” saya membatin.
Tetapi, perasaan itu kemudian bercampur dengan semangat
persaudaraan dan perdamaian dunia saat putri-putri cantik itu melantunkan lagu We are the one. Sambil berpegang tangan
dengan tak hentinyan melempar senyum ramah yang merekah. Mungkin inilah pesan yang ingin mereka
sampaikan, betapa indahnya dunia ini jika kita semua, melampaui batas-batas
negara dan etnis bisa hidup berpegang tangan dalam kebersamaan dan kedamaian.
Seusai menyaksikan Open Ceremony Miss
World di Bali
8 September 2013
Pukul 23.00 WIB
keren ode. mengguncang nalar.
BalasHapustrima kasih Ode Yusran darmawan
BalasHapus