Entri Populer

Pages

28 September, 2013

RENUNGAN I: HIDUP ADALAH PERJALANAN


Kebimbangan lagi-lagi hadir.  Aku sudah begitu akrab pada kebimbangan ini sejak aku belajar memaknai pesan-pesan realitas yang hadir telanjang dihadapanku.  Bahkan karena kejelasanya aku menjadi buta akan makna-makna realitas itu. 

Perjalananku mengajarkan aku tentang definisi kehidupan, menentukan tujuannya dan memecahkan misteri-misterinya.  Namun, sampai hari ini semua pertanyaan itu masih saja mengawang di atas kepalaku.  Keberanian dan semangat selalu kutanamkan dalam diriku untuk mencari referensi kehidupan, membaca buku dan kitab, novel dan puisi, menghadiri seminar dan mejelis, membuka ruang diskusi dan dialektika mulai dari tema serius sampai nyeleneh. Bahkan ku sempatkan tuk bertanya pada orang-orang yang kutemui di jalan.  Tetap saja aku merasa belum menemukan kejelasan atas pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang kehidupan.

Sembari belajar, aku berani untuk merumuskan semuanya.  Tak jarang, laksana teka-teki puzzle, aku bongkar-pasang kehidupanku sendiri.  Kumulai dengan perencanaan, membangun praduga-praduga, desain, temukan bentuknya, kuuji kemudian terdekonstruksi lalu terbongkar.  Kubangun lagi perencanaan baru, praduga-praduga, mendesain, kutemukan bentuknya, ku uji, terdekonstruksi lalu terbongkar lagi, demikian seterusnya.  Bahkan kadang-kadang aku berfikir bahwa kehidupan ini adalah laboratorium raksasa,  diriku adalah ilmuwannya yang senantiasa bereksperimen, mengutak-atik rumus dan mencampur senyawa-senyawa kehidupanku sendiri.

Entah mengapa, setiap kali  aku bereksperimen memulai satu perencanaan dan kuakhiri dengan dekontruksi kutemukan satu mutiara atau prinsip.  Kubuat lagi satu rencana baru dan kuakhiri dengan dekonstruksi ketemukan lagi satu mutiara atau prinsip.  Demikian pula seterusnya.  Lalu mutiara-mutiara atau prinsip-prinsip yang kutemukan tadi aku kumpulkan. Lalu ku ramu lagi sebagaimana proses sebelumnya sehingga kutemukan lagi satu mutiara atau prinsip yang lebih berharga.

Hingga aku coba keluar dari logika laboratorium ini dan melihatnya dari jauh.  Muncul pertanyaan, mungkinkah dengan menjawab misteri kehidupan ini akan memunculkan misteri yang kualitasnya lebih tinggi dengan kualitas jawaban yang lebih tinggi pulaJawaban berkualitas itu kemudian menjadi misteri yang lebih berkualitas lagi hingga menemukan yang sangat Maha Misteri, rahasia dibalik rahasia yang lebih rahasia hingga menemukan yang Maha Rahasia.

Guruku, perjalananku itupun menemukan kebingungan lantaran hamparan  misteri hadir dengan telanjang dihadapanku, dengan sangat jelas.  Bahkan karena jelasnya, akupun menjadi tidak jelas tentang kejelasan kemisterian. Hingga akhirnya aku dan guruku tidak mengetahui apa-apa.  Laksana telapak tangan kita sendiri kita letakkan melekat di kedua mata kita.  Karena jelasnya telapak tangan kita itu, mata kita tidak mampu melihatnya dengan jelas bahwa ia adalah misteri yang jelas.


Senin, 7 April 2008
Pukul 22:59
 

0 komentar:

Posting Komentar