Entri Populer

Pages

28 September, 2013

RENUNGAN II: HIDUP ADALAH PILIHAN-PILIHAN


Ilustrasi


Orang bijak bilang hidup adalah pilihan-pilihan.  Setiap pilihan itupun pasti akan memiliki konsekuensinya  sendiri-sendiri.  Ibaratnya, hidup ini adalah sebuah perjalanan  dan kita adalah seorang musafir .  Setiap saat dalam perjalanan musafir  itu  selalu saja menemui persimpangan jalan.  Mustahil musafir  akan melewati lebih dari satu simpang jalan sekaligus.  Musafir yang baik adalah memilih simpang jalan yang ia fahami betul kemana arah jalan itu karena sekali melewati jalan itu, maka tidak akan pernah ia dapat  kembali berbalik arah dan untuk melewati jalan yang lain.

Demikian pula pilihan-pilihan hidup tersebut.  Kita tidak mungkin menjalankan lebih dari satu pilihan yang kontradiktif secara sekaligus.  Kontradiksi disini tidak hanya sebatas kontradiksi pada wilayah benar salah, namun kadang-kadang juga menyangkut mana yang punya skala prioritas lebih besar.  Pilihan yang bijak adalah kita faham sepenuhnya apa pilihan itu, konsekuansi apa yang mungkin hadir, kita mampu mengkalkulasi variable apa saja yang akan terlibat dalam pilihan itu dan kita memang mampu menjalani pilihan tersebut.  Seperti halnya sang musafir tadi, kita hanya punya satu kali kesempatan untuk memilih dan setelah memilih kita mustahil kembali ke masa lalu untuk mengambil pilihan yang lain setelah menyadari bahwa pilihan pertama kita keliru.  Pada situasi seperti ini, biasanya penyesalan yang akan menguasai diri kita.

Penyesalan adalah hal yang sangat manusiawi dan penyesalan bukan sesuatu keburukan. Bahkan penyesalan menyadarkan kita pada keburukan yang kita lakukan dan menunjukkan kita pada wajah kebenaran yang baru.  Penyesalan akan kehilangan makna dan urgensinya ketika kita terus saja larut dalam penyesalan itu tanpa mengambil langkah baru yang lebih berarti, atau justru membuat kita semakin naïf melihat kehidupan dan sesegera mungkin kita mengakhiri hidup karena hidup ini sudah tidak bermakna lagi dan sudah tidak layak untuk diperjuangkan. 

Atau mungkin terjebak pada logika keterlanjuran, hingga terus-terusan berkubang pada keburukan yang kita sadari sembari terus-terusan meyakinkan diri bahwa “..saya tidak berdaya untuk keluar dari tempat ini.  Biarlah..biarlah saya terus berada disini, pasrah bersama keburukan ini, entah sampai kapan..”.

Padahal penyesalan yang menyadarkan kita pada keburukan dan menunjukkan wajah kebenaran baru itu sudah cukup menjadi alasan yang sangat logis untuk berinisiatif melakukan perbaikan, melihat peluang-peluang baru, menciptakan pilihan-pilihan baru dan mengambil langkah baru yang lebih bijak.  Lagi pula energi yang digunakan untuk terus berkubang pada keburukan dan mengkonservasi keyakinan ketidakberdayaan, jauh lebih besar ketimbang energi untuk memulai semua perbaikan itu.  Kita hanya membutuhkan sedikit saja keberanian untuk memulai sesuatu yang lebih berarti dan memberikan kepercayaan pada diri sendiri.  Dan keberanian itu akan muncul dalam diri dengan memunculkan ketakutan dan kebencian untuk melakukan keburukan.

Dermaga, Bogor
28 September 2013.
 

2 komentar:

  1. Hidup ini hanya perlu disyukuri apapun langkah yang telah ditempuh insyaAllah itulah jalan terbaik dan selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian.. wallahu a'lam

    BalasHapus