Ilustrasi (sumber foto) |
Pipimu memang tak se merona khumaira
Gadis yang telah dipinang semasih
belia
Tapi bagiku engkau adalah Qurrota
‘A’yun
Cahaya mata yang selalu menyinari
sukma
Itu bagiku dan tak akan pernah
purba.
Tenang saja…
Aku tak sejantan dan setangguh
Sang Penyelamat
Hingga aku juga harus meminangmu
sebelum
Tamu pertamamu bertandang tanpa
diundang.
Tenang saja..
Aku tak kan pernah menempelkan
kulitku
Diatas kulitmu seperti yang engkau
seru
Sebelum para tamu datang bertandang
memberi restu
Tenang saja…
Aku masih dan tak kan pernah
sangsi
Bahwa engkau adalah tajalli hakiki
Ilahi
Yang dengan rahimNya dalam rahimmu
engkau mencintai
Nasehati aku…
Saat aku mulai resah dan gelisah
Jiwa ini terombang-ambing
kehilangan arah
Karena saat itu aku seperti kaum Nabi
Musa di Tursina
Lempari aku…
Saat aku mulai aneh dan kurang
ajar
Menyebar fitnah, ulah, hasut dan
onar
Karena saat itu aku seperti iblis yang
manggoda Siti Hajar
Tapi tenang saja…
Itu takkan pernah terjadi
Karena Aku masih dan tak kan
pernah sangsi
Bahwa engkau adalah tajalli hakiki
Ilahi
Yang dengan rahimNya dalam rahimmu
engkau mencintai
Menyatulah selalu denganku..
Kan kubiarkan engkau damparkan
wajahmu
Diatas serpihan tulang rusukku
Karena angkau adalah separuh jiwaku,
Qurrota ‘A’yun, Cahaya mata yang
hilang dahulu
Hingga dipadang
arafah kita kembali bertemu.
Tamalanrea, 7 Januari 2008, pukul 23:46
Dalam jiwa merindu
Hasrat ingin bertemu, bersatu dan menjadi
bahaya ini. ode bawa2 Tuhan saat mau menyatakan cinta pada seorang gadis.
BalasHapushahaha.,
BalasHapus