Entri Populer

Pages

17 Mei, 2015

EKSPEDISI BELITONG I: Adventure Begins..!!

 
Malam ini tidur saya terjaga.  Saya tidak mau telat hanya karena memenuhi hasrat ingin tidur.  Tepat jam 12 malam mobil jemputan akan datang untuk mengantarkan ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.  Tapi di Indonesia biasanya molor sejam kalau buat janji, eits..,bukan Indonesia tapi oknum orang Indonesia.,hehehe.

Tepat sekali dugaanku, jam 1 malam mobil jemputan baru datang.  Itupun setelah berkali-kali dihubungi via telepon.  Maklumlah, dari Bogor ke Bandara memerlukan beberapa jam untuk menempuhnya.  Saya tidak mau ketinggalan pesawat hanya karena alasan-alasan sepele. Terlebih lagi banyak peralatan visual dan drone yang harus dibawa serta.  Tentu ini memerlukan waktu lebih untuk mengurus bagasinya .  Apalagi jikalau melewati kerumitan prosedur Bandara takutnya ada saja peralatan yang harus “dilobi khusus” agar bisa lewat.  Saya tak ingin melakukannya dengan terburu-buru karena alasan terlambat.

Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Berkali-kali kupastikan di lembaran tiket pesawat, boarding pukul 05.55 WIB. Mobil melaju agak kencang menyusuri jalan Bogor yang “menyepi”.  Asyiknya jika sehari-hari jalan raya di Bogor seperti ini”, bisikku dalam hati.  Maklumlah bukan hanya saya, semua pendududuk Bogor selalu mengimpikan jalan raya Bogor yang lowong.  Sehari-hari, kecuali tengah malam, ratusan bahkan ribuan kenderaan berjubel di Bogor.  Entah apa yang diurus orang-orang berkendara itu seolah tak kunjung selesai.

Saya menyempatkan diri untuk melelapkan mata sejenak selama perjalanan ke Bandara. Karena esoknya pasti tak ada waktu untuk take a rest, semua harus berjalan cepat dilapangan.  Bersama 6 orang anggota tim lainnya berfikiran yang sama, terlelap walau barang sejenak di mobil.  Apalagi saya diminta untuk yang bertanggung jawab dilapangan untuk mengurusi semua kebutuhan dan akomodasi tim. “ini jadi kerjaan ekstra”, pikirku.

Menunggu pesawat sambil selfie
Hampir pukul 4 dini hari akhirnya sampai di Bandara Soekarno-Hatta.  Waktu sesubuh ini, bandara Soekarno –Hatta tetap tak lengang.  Aktivitas hilir mudik pesawat mengantar barang dan manusia ke berbagai destinasi tak pernah sepi.  Kendati check in saya segerakan masih saja membutuhkan waktu 45 menit sejak melewati metal detector dan alat sensor hingga check ini selesai.  Ini karena banyaknya antrian penumpang.  Ditambah memang bagasi yang kami bawa cukup banyak.

Pukul 05.55, sekali lagi mataku tertuju melihat angka itu di lembaran tiket.  masih ada waktu untuk mengisi perut yang keroncongan dan shalat subuh” kataku.  Seusai shalat subuh saya dan kawan-kawan memutuskan nyantai di ruang tunggu.  Namun tiba-tiba terasa kesal  setelah terdengar suara dari loud speaker

Attention please, we convey to passengers citilink destination Tanjung Pandan, flight delayed 30 minutes for technical reasons, thank you

Serentak terdengar suara “ooooh” sayup-sayup menggema di ruang tunggu.

Lewat pukul 8 pagi pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Tanjung Pandan, Belitung.  Delay pesawat 30 menit akhirnya tidak jadi diganti dengan delay 1 jam.  Hadeuuuhh… Padahal waktu tempuh penerbangan Jakarta-Belitung tak memakan waktu sejam.  Lama menunggu dengan mata lelah sakitnya tuh disini #sambil megang dada, kepala, pundak, lutut, kaki..,ha..ha..ha..,lebay.

Bandar Udara Tanjung Pandan, Belitung
Oh ya, bagi yang ingin melakukan trip ke Pulau Belitung, pesawat cukup lancar tersedia.  Kita dapat memilih penerbangan Garuda, Citilink dan Sriwijaya.  Setiap hari ada penerbangan dari Jakarta ke Tanjung Pandan ataupun sebaliknya.  Bahkan, bagi yang ingin lanjut ke pulau-pulau sekitar armada pesawat perintis telah siap mengantar.  Kita tinggal menyiapkan  gocek untuk itu.

Di Pulau Belitung terdiri dari dua Kabupaten yaitu Kabupaten Belitung dan Belitung Timur.  Bandara Tanjung Pandan berada di Kabupaten Belitung.  Tujuan saya dan kawan-kawan adalah Desa Lenggang di Belitung Timur.  Perjalanan masih harus dilanjutkan kurang lebih 70 km ke arah terbitnya matahari.  Beruntung, ada mobil elf dengan ukuran minibus punya Pemda Belitung Timur telah siap menjemput.

Jarak antara Belitung-Belitung Timur memang kurang lebih sama jarak antara Jakarta-Bogor, tapi jangan samakan waktu tempuhnya.  Jika Jakarta-Bogor paling cepat ditempuh 1,5 jam, Belitung-Belitung Timur hanya setengahnya.  Tak ada macet dan kenderaan berjubel disini, jalannyapun mulus karena statusnya jalan negara.  Ditambah semilir angin yang belum tercemar masuk lewat jendela dan pemandangan yang masih alami.  Rasa ngantuk saya tiba-tiba hilang karena pandangan saya terlempar kesana-kemari mempelajari alam Pulau Belitung.

Belitung Timur adalah bagian dari Propinsi Bangka Belitung yang resmi berdiri  pada 25 Februari 2003 setelah lepas dari induknya Kabupaten Belitung.  Kabupaten ini masih cukup “longgar” karena hanya didiami oleh 106.463 jiwa yang menempati luas wilayah 2.506,91 km2.  Artinya rata-rata setengah hektar wilayah Belitung Timur hanya didiami seorang penduduk Belitung Timur.  Waduuh, saya kembali membayangkan Jakarta dan Bogor yang hanya untuk mencari tempat parkir motor saja susahnya minta ampun dan harus bayar.

Orang Belitung ramah-ramah.  Jika ingin bertanya tak perlu ragu, tak ada aksi tipu-tipu disini.  Mereka akan melempar senyum ramah sebelum menjawab dengan logat melayu yang sangat kental.  Saya selalu singgah bertanya walau tidak terlalu perlu hanya ingin mendengar logat melayu itu.  Terasa mendayu-dayu ditelinga, he..he..he.  Ada empat etnis besar di Belitung yang itu Melayu sekitar 60-70 persen, sisanya adalah Tionghoa, Bugis dan Jawa.

Perbaikan jalan poros Belitung-Belitung Timur
Palau Belitung sedang berbenah diri, sepanjang jalan, banyak jalan raya tengah diperbaiki dan diperlebar.  Padahal jalannya boleh dikata masih mulus.  Mungkin karena dikabarkan dalam waktu dekat Jokowi akan blusukan di kampung halaman temannya Ahok ini dan akan melewati jalan ini.  kalau saya jadi presiden jika ingin blusukan ke daerah maka saya akan mendahulukan daerah yang jalannya rusak biar Pemdanya segera memperbaiki jalannya, ha..ha..ha..” candaku dalam hati.

Sepanjang perjalanan cukup mudah saya menemukan kelapa sawit yang berjejer rapi seperti tentara. Sesekali muncul barisan pohon Sengon yang tak kalah rapinya.  Pasukan pohon Lada tak mau kalah, dengan bantuan sebatang kayu setinggi 2 meter yang terjejer rapi, ia meliuk-liuk disitu sehingga lebih mirip kumpulan tentara gendut yang sedang berbaris. Rasanya perjalanan ini seperti parade tentara Kepala Sawit, tentara Sengon dan lada yang berlomba menjadi barisan paling rapi dan tertib, ha.,ha.,ha..  Cukup sering mobil yang saya tumpangi melewati jembatan kecil karena banyak rawa yang numpang lewat melintas jalan raya.  Nampaknya tanah disekitar sini kurang cocok untuk sayuran, terlebih lagi iklimnya cukup panas.

Perkebunan kelapa sawit di Belitung yang mayoritas dimiliki pengusaha Malaysia
Kita sudah masuk wilayah Manggar” kata Bapak yang menjemput kami sontak memecah lamunanku menikmati perjalanan.  Manggar adalah ibukota Kabupaten Belitung Timur, pusat pemerintahan ada disini.  Waktu menunjukkan kurang lebih jam 9 pagi. Saya bersama kawan-kawan diajak mampir ke kantor Dinas Perhubungan.  Rupanya nasi bungkus telah menanti sebagai sarapan.  Woow..,perut ini rasanya tiba-tiba minta untuk diisi.

Kedatangan kami rupanya telah lama ditunggu oleh Bupati Belitung Timur. Bupati Belitung Timur sekarang dijabat oleh adiknya Ahok, Basuri Tjahaja Purnama yang akrab disapa Hakka Yuyu.  Saya menyebutnya Bupati Alang-Alang Sari karena cukup sering nongol di TV sebagai bintang iklan obat herbal Alang-Alang Sari.  Gayanya tak kalah “nyentrik” dengan kakaknya, Ahok.  Bahasanya pun cukup mudah “nyeletuk” melontarkan bahasa yang seolah keluar spontan.  Ia selalu bergerak aktif.  Jika dari kantornya menuju ruangan lain ia selalu berlari.  Saya mulai paham melihat kelakuannya setelah membaca banner yang terpajang di depan kantornya bertuliskan: “Waktu itu laksana pedang, jika kau tak memanfaatkannya maka ia yang akan menebasmu”.,wow..,

Foto bareng Bupati Belitung Timur
Tak lama kami diskusi dengan Hakka Yuyu, karena ia harus menghadiri kegiatan yang lain.  Namun ia memberi apresiasi yang sangat baik kehadiran kami dan kegiatan yang akan kami lakukan di Belitung Timur.  Ia sempat berujar, “saya ingin menjadikan Manggar ini sebagai Smart Village dimana semua orang yang datang dapat mengakses internet di setiap sudut Manggar sehingga ia dengan mudah meng upload ataupun men download informasi”. 

Nampaknya Bupati ini menyadari betul bahwa menguasai informasi adalah hal yang penting bagi pembangunan daerah dan ia hendak mengkondisikan setiap pengunjung menjadi juru kampanye dan penyaksi Belitung Timur kepada dunia.

Bukti dari nyentriknya itu ia menawarkan foto bareng diruanganya. Tadinya saya pikir foto biasa, ternyata ia menarik tangan saya menuju kursinya dan duduk dikursi kerjanya itu.  Semantara Ia sendiri berpose disampingku dengan gaya 3 jari yang unik untuk menunjukkan batu akik khas Belitung Timur yang melingkar dijarinya. Saya bahagia sambil terheran-heran sembari mengimbangi lincahnya adik Ahok ini. Setengah berbisik ia berkata:

“biar anda tau juga gimana rasanya duduk di kursi bupati.  Siapa tau nanti jadi bupati juga. Lagi pula bukan karena ini Anda menggantikan saya sebagai Bupati.  Di SK jelas nama saya yang jadi Bupati, ha..ha..ha..” semua ikut meledak tertawa.

Desa Lenggang masih lumayan jauh dari Manggar kurang lebih 18 km.  Tapi saya nyantai aja, “tak ada macet disini” kataku dalam hati.  Kami lalu mencari makan siang lalu menuju Desa Lenggang.  Surprise luar biasa setelah mengetahui tenyata selama di Desa Lenggang saya dan kawan-kawan sampai 5 hari kedepan nginap di rumah Ahok.  Tak hanya itu di desa inilah tempat Laskar Pelangi tinggal dan filmnya yang terkenal itu digarap.  Tak jauh dari rumah Ahok, rumah Andrea Hirata yang masih ia tinggali hinga sekarang lengkap dengan museun Kata Andrea Hirata.

“Fabiayi Ala Irabbikuma Tukadziban”.,nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustai.  Hanya kalimat ini yang sanggup mewakili kebahagiaan ini.  Adventure begins, ha..ha..ha..!!!


11 Mei 2015
Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur

1 komentar:

  1. Baccarat | Five Card Poker - FEBCASINO.COM
    For the highest possible playing card, Baccarat combines two or more of the traditional games of traditional poker, with an added bonus of 실시간 바카라

    BalasHapus